Hari pementasan tiba. Di balik panggung, suasana tegang mengguncang seluruh tim. Adelia berdiri di depan cermin, menyisir rambutnya dalam diam, menatap refleksi yang selalu mencerminkan bagian yang ia inginkan.
“Demi semua yang kau impikan, sekaranglah saatnya,” gumamnya, berusaha menangkis rasa takut yang melanda. Ia mengingat semua persiapan, kerja keras, dan harapan yang telah ditanam.
Ketika pintu panggung dibuka, sorakan penonton memenuhi udara. Dalam sekejap, Adelia melangkah maju, merasakan jari-jari dingin menyentuhnya. Dia mengambil napas dalam-dalam dan, tanpa sadar, kata-kata yang selamanya terpendam mulai mengalir, seolah dibimbing oleh kekuatan yang tak terlihat.