Antara Cinta, Karir, dan Berat Badan

Suryawan W.P
Chapter #6

Perawan Cinta

Sudah lebih dari setengah jam kami duduk di sudut foodcourt ini, Agatha belum juga menyentuh chicken steak ukuran jumbo yang ada di depannya. Ini di luar kebiasaannya. Aku mengenal betul Agatha. Dia adalah manusia yang paling tidak mau rugi untuk urusan makanan. Semua makanan yang terhidang di hadapannya sudah wajib hukumnya untuk dihabiskan tanpa sisa. Namun hari ini berbeda, ini semua karena makhluk berjakun bernama Edu itu. Ternyata tak butuh waktu lama untuk mengetahui kebusukannya.

Satu jam yang lalu kami tak sengaja berpapasan dengannya. Sore ini kuminta Agatha menemaniku mencari blazer dan kemeja untuk kupakai nanti kalau ada panggilan wawancara kerja. Sebenarnya aku ingin Julia juga ada di sini. Dia yang paling fashionable dibandingkan kami. Julia juga yang sering memberikan saran baju-baju apa yang cocok untuk kami pakai. Sayangnya dia lebih memilih liburan ke Bali bersama Ghani sehingga ritual Girls Day Out yang kami adakan sebulan sekali ini harus berlangsung tanpa keberadaannya. Ini adalah anniversary jadian mereka yang keempat. Ah beruntung sekali Julia itu. Terus terang aku iri.

Sebenarnya tidak terlalu sulit mencari baju yang cocok untuk kami bertiga. Begitu sampai ke mall, kami tak akan bingung lagi menentukan ke mana harus mencari baju karena tujuan kami hanya satu, butik OSIZE. Di butik ini tak akan dijumpai baju dengan ukuran XL, L, M, apalagi S. Semua baju khusus untuk wanita-wanita seperti kami dengan bentuk tubuh seperti huruf O besar. Dulu sebelum butik ini ada, aku lebih sering sakit hati ketika jalan-jalan ke toko baju. 

“Aaaak dressnya cantik sekali..” atau “Wah itu kaosnya bagus” atau “Ini model blousenya lucu..” dan entah seruan kegirangan macam apa lagi tiap kali melihat baju-baju yang bagus pasti akan berakhir dengan kekecewaan ketika pramuniaganya akan bilang. ”Maaf, bajunya tidak tersedia untuk ukuran Mbaknya.”

Di OSIZE butik ini ukuran baju yang kami inginkan ada. OSIZE adalah jawaban untuk doa kami selama ini. OSIZE adalah penghapus kegundahan kami. Cewek gendut juga butuh terlihat cantik.

Sayangnya rasa bahagia kami saat menenteng beberapa kantung belanjaan hanya bertahan sesaat. Hanya sampai dua langkah keluar pintu kaca butik.

“Dys, Dys, itu Edu yang lagi jalan ke sini..” kata Agatha semangat sambil menggoncang-goncangkan bahuku. “Ntar aku kenalin sama Edu, tapi janji ya kamu nggak boleh naksir.”

“Iya..Iya..” Aku mengangguk-angguk. Mencoba menenangkannya.

Lihat selengkapnya