Sial. Setidak tertarik-tidak tertariknya aku pada Yus, tetap saja kesalahan jika muncul di depan seorang laki-laki dalam kondisi seperti ini. Entah apa yang ada di pikiran Yus melihatku mengenakan baju piyama tidur bermotif doraemon yang kupakai sedari semalam. Ditambah lagi wajah kucel dan rambut awut-awutan. Aku jadi kikuk sendiri takut kalau-kalau Yus mencium aroma tidak sedap yang menguar dari tubuhku. Dalam hati aku berdoa agar ini cepat berakhir. Yus segera pulang. Bukan apa-apa, aku cuma takut dia pingsan karena kelamaan menahan napas karena keasaman bau ketekku.
Aku menjaga jarak sebisa mungkin. Namun mungkin karena merasa susah ngobrol dalam jarak yang kejauhan, Yus selalu mencoba mendekat. Tiap aku menjauh, dia berusaha mendekat. Begitu terus. Sampai posisi dudukku di ujung sofa, aku sudah tidak bisa ke mana-mana lagi. Aku pasrah. Jangan salahkan aku kalau dia mencium bau tak sedap. Salah dia sendiri.
“Lagi sibuk, Gladys?”
“Nggak kok.”
Jawaban yang kuberikan padanya hanya sepotong-potong. Aku tidak ingin membuat Yus betah dan makin berlama-lama berada di rumahku. Aku bahkan tak menawarinya minuman. Semoga dia peka dengan gelagatku.
“Udah lama banget aku nggak main ke sini. Kamu daftar kerja ke mana?” tanyanya.
“Ada apa ya, Yus?”