Antara Cinta, Karir, dan Berat Badan

Suryawan W.P
Chapter #13

Laki-laki Misterius

Lampu kristal yang tergantung di tengah ruangan membuat restoran ini terasa mewah. Dinding yang tinggi dengan jendela lengkung yang besar merupakan bukti bangunan ini sudah ada sejak zaman penjajahan. Berada di dalam cafe ini seolah sedang berada di era tahun empat lima. Terlebih foto-foto perempuan bertopi bundar yang tertempel di dindingnya sengaja diberi efek kekuningan dan noise yang membuatnya seperti foto kuno.

Girls Day Out malam ini acaranya nongkrongin sebuah cafe and resto di daerah Kotabaru. Aku, Julia, dan Agatha mendapat undangan untuk menghadiri pembukaan Logan resto and cafe milik temannya Gani. Resto ini didesain sedemikian rupa sehingga tampak nuansa masa lalunya. Meski terkesan antik namun tetap asik untuk dijadikan tempat nongkrong. Bukan sesuatu yang sulit karena sebetulnya bangunan ini memang peninggalan Belanda. Seluruh dinding dan atapnya masih asli, hanya ada penambahan beberapa ornamen agar menjadi cafe yang nyaman. 

Kami bertiga duduk di sofa-sofa bundar berwarna merah marun mengitari meja kaca bulat. Kulihat ke sekeliling, hampir semua pengunjung datang berpasangan. Setelah dirasa-rasa, ternyata tempat ini memang membangkitkan suasana romantis. Ada alunan piano yang dimainkan seseorang di sudut ruangan yang level lantainya lebih tinggi. Dari tempatku duduk terlihat seperti panggung kecil. Ah, seandainya aku datang ke sini dengan seorang kekasih.   

“Datang ke acara ini adalah kesalahan. Aku jadi galau.” tiba-tiba Agatha membuka suara sambil membolak-balik buku menu.

 “Iya, aku juga. Semuanya pada berpasangan. Aku juga galau.” Sahutku.

“Maksudnya?” muka Agatha menunjukkan kebingungan.

 “Galau karena nggak punya gandengan kan Tha. Mana suasananya romantis banget. Lihat deh semuanya pada datang bersama pacarnya. Kita saja nih yang datangnya bertiga...” Jawabku masih sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.

“Bukaaan. Bukan karena itu!” potong Agatha. “Lihat deh ini foto makanan di buku menu. Sungguh sangat menggugah selera. Peking Duck. Chicken Cordon Bleu. Gurame asam manis. Ice cream. Aku pengin semuanya.” 

“Bagus dong Tha. Mumpung lagi discount 50% nih. Kita pesan semuanya saja.” Julia menyahut.

“Asiiiik!!” seruku sangat bersemangat.

“Hallooo..kalian tahu ini jam berapa?” Agatha memotong.

“Jam delapan.” Jawabku dan Julia hampir bersamaan.

“Itu artinya aku sudah nggak boleh makan. No food after 7 PM. Besok-besok ngumpulnya sorean aja deh jangan malem ya.”

Lihat selengkapnya