“Tumben rajin banget. Biasanya diajak latihan ogah-ogahan.” Celetuk Yus yang tahu-tahu sudah duduk disebelahku sambil mengangkat-angkat barbel.
Banyak hal yang membuatku bersemangat datang ke gym kali ini. Girls Day Out bareng Julia dan Agatha di Logan tempo hari salah satu alasannya. Melihat Agatha yang agak kurusan membuatku yakin kalau aku juga bisa seperti dia. Atau kalau perlu aku harus bisa mengalahkannya agar punya badan kayak Leony itu. Namun sebenarnya ada satu alasan lain lagi kenapa sepagi ini aku sudah berada di Bodyzone tanpa harus dijemput paksa oleh Yus.
“Gimana kalian sudah siap?” seorang laki-laki dengan singlet merah dan celana pendek hitam menghampiri kami.
“Siap!!” sahutku bersemangat.
Iya. Sebuah alasan baru itu ialah laki-laki yang sedang menghampiri kami. Seseorang itu berwujud sesosok manusia berjenis kelamin laki-laki yang memiliki tubuh seperti pahatan patung Yunani. Tuhan pasti sedang punya mood bagus saat menciptakannya. Alisnya tebal, matanya tajam, hidung mancung, dan bibir mungil itu membuatnya terlihat begitu menawan. Apalagi perutnya kotak-kotak seperti cetakan tahu. Aku memang belum pernah melihat perutnya secara langsung, tapi ada fotonya yang shirtless terpasang di lantai satu. Tahun kemarin dia adalah salah satu finalis kontes pria dengan perut six pack yang diadakan oleh produk susu. Laki-laki itu bernama Dimitri. Dia bekerja sebagai personal trainer di Bodyzone.
Sudah lebih dari sebulan menjadi member gym tapi belum ada perubahan yang berarti. Aku masih saja gendut seperti ondel-ondel. Begitu juga Yus. Mungkin ada yang salah dengan latihan kami.
“Kalau terus-terusan kayak gini, bukannya kurus malah cuma rugi waktu, uang, dan tenaga saja.” Suatu hari Yus mengeluh saat melihat pantulan dirinya dari cermin Bodyzone.
Benar juga apa yang dikatakan Yus waktu itu. Bisa-bisa kami hanya menghabiskan waktu, uang, dan tenaga dengan latihan di gym tanpa mendapatkan hasil maksimal. Yus mengusulkan untuk memakai jasa personal trainer. Tadinya aku sempat menolak. Buang-buang uang saja pikirku. Panjang lebar Yus mencoba menjelaskan mengenai kelebihan kalau memakai jasa personal trainer. Latihan kami akan lebih terprogram katanya. Aku bersikeras untuk menolak. Sebenarnya aku takut kalau-kalau nanti tubuhku akan sebesar dan seberotot Ade Rai. Alasan yang tolol memang. Belakangan aku baru tahu, seberat apapun latihanku tak akan mungkin memiliki tubuh seperti Ade Rai. Laki-laki dan perempuan memiliki produksi hormon yang berbeda.
“Sekarang kita mulai pemanasan dulu, setelah itu lanjut latihan cardio ya.” Ucap Dimitri.
Memang benar-benar paket komplit. Ada ya makhluk Tuhan yang sempurna seperti ini. Badan yang bagus, muka ganteng, dan sekarang suaranya yang serak-serak basah itu membuat jantungku berdebar.
“Dys..Gladys..”
“Iya, kenapa Mas?”