Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ayah Liesbeth mengizinkanku untuk belajar cara membuat gado-gado dengan syarat dia mengawasi kegiatan kami berdua.
Aku keluar dari apartemen menuju tempat parkir, menunggangi sepeda, dan mengayuhnya sampai di restoran langgananku. Saat sampai, aku menelepon dan meminta izin agar pintunya dibuka.
Setelah pintu dibuka, aku masuk ke dalam sambil mengucapkan salam lalu disambut oleh Pak Anton Achmad Jansen.
“Asalamualaikum. Permisi, Pak Anton, maaf, ya, ngerepotin malam-malam begini.”
“Wa’alaikumussalaam. Ya, enggak apa-apa. Liesbeth cerita mengenai masalahmu sama kembaranmu. Kasusmu, kan, sering dibicarain di TV sama medsos, jadi aku juga tau, pasti rasanya enggak enak lawan sodara sendiri.”
“Iya.”
“Ya udah, ayo, silakan masuk langsung ke dapur. Liesbeth udah nunggu. Saya ngawasin kalian dari meja tamu yang deket keuken[1].”
“Dank je.”
Aku berjalan masuk menuju dapur. Liesbeth sudah menunggu dengan mengenakan celemek dan pakaian waitress-nya. Bahan-bahannya juga sepertinya sudah dia siapkan dan tertata di meja.
“Asalamualaikum, Liesbeth.”
“Wa’alaikumussalaam, Kak Lodewijk.”
“Maaf, ya, ngeganggu waktu istirahat sama ngerepotin kamu sama ayahmu.”
“Enggak apa-apa kok, Kak. Jadi, sebelum kita mulai, Kakak pake celemeknya dulu.”
“Iya.” Aku mengambil celemek yang tergantung di hanger dan mengenakannya.
“Udah siap, Kak?”
“Udah.”
“Oke, jadi pertama sayurannya dicuci dulu, terus wortel sama kentangnya dikupas kulitnya.”
Aku mengikuti instruksinya, memasukkan semua bahan-bahan itu ke dalam baskom lalu mencucinya di tempat cucian piring kemudian mengupas kulit kentang dan kulit wortel.
“Abis itu sayuran kol, kacang panjang, wortel, selada keriting, sama jagungnya direbus dulu, kalau taogenya direndem aja di air panas. Ngerebus sama ngerendemnya jangan sampe terlalu layu. Kalau buat kentangnya harus agak lama sampe kalau kentangnya ditusuk pisau, ujung pisaunya nembus ke dalem. Sambil nunggu kentang, telurnya direbus dan tahu sama tempe digoreng.”
Aku mengikuti instruksinya dan menunggu sambil terkadang bertanya ini sudah cukup layu atau belum.
“Udah?”
“Udah, cukup coba dicek kentangnya, ujung pisau udah bisa nembus atau belum?” jawab Liesbeth.