Antara Darah dan Hati 2: Dream Reality Seri 2

Fahlevi Anggara Fajrin
Chapter #16

Chapter 3 Bagian 5 Laporan Misi

Kami berhasil kabur dari kejaran siapa pun yang mengejar kami kembali menuju Kota Sucilangkung. Selama perjalanan, aku—Lodewijk melihat mentari tampak malu-malu untuk muncul dari persembunyiannya, di balik awan mendung yang dengan percaya diri menampakkan diri. Mungkin awan mendung ini memang selalu menjadi tema kota ini yang menunjukkan bahwa kesuraman, ketakutan, dan kesedihan selalu mengitarinya. Sungguh cocok dengan apa yang kurasakan. Mungkin kedua mitraku juga turut merasakannya.

Berhasil menghindari kematian untuk kedua kalinya merupakan sebuah anugerah untukku walau aku harus meraihnya dengan merenggut beberapa nyawa manusia yang kupanggil sebagai musuh. Aku tahu, sebagai seseorang yang bekerja di bidang hukum, tak seharusnya aku merasa bersalah memikirkan nasib orang-orang yang disayangi dan dilindungi oleh orang-orang yang kubunuh, tapi mau bagaimana lagi? Ini adalah perang. Untuk bertahan hidup dalam peperangan kau harus melindungi dirimu maupun orang-orang di sekitarmu dengan menyingkirkan bahaya yang mengitarimu, salah satunya adalah dengan cara membunuh.

Aku sebenarnya enggan melakukan ini semua. Kalau bukan karena kematian Ilhan dan Chandra, niscaya aku pasti tidak akan pernah terlibat dalam semua hal ini dan mungkin Ludwig akan tetap hidup. Percuma saja berandai seperti itu, dunia tidak selalu dihiasi oleh sinar mentari yang cerah dan cahaya pelangi yang berkilau.

Kalau kau melihat dan membaca berita mengenai keadaan dunia setiap hari, pasti kau akan menyadari bahwa dunia makin hari makin buruk. Tampaknya hanya itu yang dapat diceritakan oleh media massa karena konflik dan sesuatu yang kontroversial lebih memikat ketimbang kebaikan. Mungkin dengan cara itulah manusia bertahan hidup dan mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari suatu golongan, serta menganggap golongan lain harus dibasmi sebab satu atau beberapa alasan buruk yang pada kenyataannya alasan-alasan tersebut tidak berdasar. Sama seperti apa yang akan dilakukan oleh penguasa pemerintah pada golongan kami yang ingin mereka basmi karena alasan-alasan buruk tidak berdasar tersebut.

Satu jam sudah terlewati dan kami telah sampai di jalanan menuju rumah Sofia. Selama perjalanan menuju rumahnya, Ilya terus mengutak-atik smartphone di genggamannya. Saat kami sampai, tanpa menunggu lama, pintu rumahnya otomatis terbuka—seolah-olah menyambut kedatangan kami. Muhamed memarkirkan mobil di depan garasi dan kami semua turun dari mobil.

Kami semua berjalan ke pintu masuk dan berdiri di depannya, menunggu Tuan Wisnu membuka pintunya. Suara kunci pintu dibuka terdengar, lalu sosok Tuan Wisnu berdiri di hadapan kami dan menyambut kami, mempersilakan kami masuk. Saat masuk, entah kenapa Sofia berlari dan memeluk Muhamed erat. Aku rasa dia sangat bahagia bahwa saudara dari orang yang dia cintai selamat. Hanya saja Muhamed terlihat agak grogi ingin membalas pelukannya atau tidak. Melihat tingkah mereka cukup lucu.

Sofia meminta kami untuk mengistirahatkan diri. Kami menurut. Sebelum aku kembali ke kamar, Ilya menghampiriku.

“Kak Lodewijk, selama perjalanan tadi aku udah ngirim semua foto mengenai unit polisi rahasia yang jadi lawan kita semalam,” ucap Ilya.

“Iya, terus?” tanyaku.

“Ini jawaban beliau.” Dia menunjukkan layar smartphone-nya dan Pak Erwin memintaku, Muhamed, dan Ilya untuk menunggu kedatangannya siang ini.

“Sip,” jawabku.

Aku kemudian masuk ke dalam kamar, merebahkan diriku di atas kasur, dan tertidur dengan lelapnya hingga suara pintu yang diketuk berkali-kali membangunkanku.

Aku membuka mataku perlahan, beranjak bangun dari kasur, dan melangkah menuju pintu—membukanya. Ilya beserta Muhamed sudah menungguku. Aku yang tadi tertidur dengan pakaian formal langsung pergi menuju lantai bawah bersama mereka dan Pak Erwin. Tuan Wisnu beserta Sofia sudah duduk menunggu kami bertiga.

Kami bertiga duduk di Sofa dan menceritakan kronologi bagaimana jalannya misi kami, sampai ada berita terbaru mengenai kematian tiga pegawai convenient store di pompa bensin yang kami kunjungi yang beritanya telah disiarkan oleh berbagai saluran televisi dan media massa lainnya. Pak Erwin menceritakan hasil temuan anak buahnya mengenai kematian ketiga pegawai tersebut.

“Mereka bertiga mati bersimbah darah. Hasil dari tim forensik bilang kalau banyak luka bekas pukulan benda tumpul sama lebam di mana-mana terus di dalem tubuh mereka ditemuin senyawa racun,” ujar Pak Erwin.

Lihat selengkapnya