Aku berjalan menuju kamar, masuk ke dalam, dan membuka laptopku. Kulakukan pemeriksaan, apakah smartphone-ku diserang oleh virus atau tidak—dan melakukan pembersihan. Tidak lupa pula aku memeriksa rekaman kamera CCTV yang terpasang di luar rumah yang mana sudah kuberikan aksesnya oleh Tuan Wisnu untuk turut memeriksa apakah ada kegiatan mencurigakan atau tidak. Di salah satu kamera CCTV yang terpasang di taman belakang rumah, aku melihat kejanggalan yang terekam pada waktu setelah magrib.
Beberapa saat setelah kabut yang turun pergi, aku melihat itu. Siluet bayang-bayang asap yang membuat bulu kudukku berdiri karena rupanya yang menyerupai wajah anjing yang sedang menyeringai jahat. Siluet itu terpampang di depan layar laptopku yang sedang memperlihatkan rekaman kamera CCTV taman belakang, diikuti oleh kepulan asap kabut yang tampak seperti orang-orang yang sedang berjalan kemudian menghilang. Aku memeriksa rekaman kamera CCTV lain yang terpasang di dalam rumah, dan wajah anjing itu tampak selama sepersekian detik dengan bentuk berupa bayangan gelap di depan kamera lantai atas rumah, lalu menghilang dalam sekejap. Aku tidak tahu apakah yang kulihat hanya fenomena alam atau kamera CCTV-nya yang mengalami gangguan teknis atau memang sesuatu yang lain. Satu hal yang kutahu, apa pun itu bukanlah pertanda baik.
Aku pergi menuju kamar Tuan Wisnu, dan mengetuk pintunya. Tuan Wisnu membuka kamarnya dengan singkat, aku menceritakan temuanku. Beliau mengajakku masuk ke kamarnya dan memintaku untuk memberi tahu di bagian mana dan kapan kejanggalan tersebut terjadi. Aku memberitahukannya bagian mana saja yang janggal. Setelah selesai, beliau terdiam sejenak lalu memberitahukanku sesuatu yang membuatku makin merinding.
“Kamu tau? Akhir-akhir ini saya dapet mimpi buruk terus. Muka anjing yang kelihatan di CCTV itu kayak muka anjing yang muncul di mimpi saya. Anjing itu waktu pertama kali muncul di mimpi saya posisinya siap buat nerkam Hare Hoogheid Sofia, sedangkan saya enggak bisa nolong dia karena saya dalam posisi berlutut dengan tangan terikat di belakang. Terus di mimpi saya, leher saya ditodong sama sebilah pisau dan pundak saya dipegang sama tangan seseorang.”
“Tuan Wisnu tau siapa orangnya?”
“Mukanya samar-samar ditutupin tudung, saya enggak tau itu siapa, yang jelas keesokan harinya posisi anjing itu berubah, kakinya mulai ngelangkah ngedeketin Hare Hoogheid dan terus-menerus begitu. Terakhir, saya mimpi dia lari siap buat nerkam Hare Hoogheid Sofia. Orang-orang bilang mimpi itu bunga tidur, tapi setelah saya lihat ini, apa mimpi saya sebenernya pertanda?”
Mendengar itu dari Tuan Wisnu, membuatku turut berpikir hal yang sama. Anjing hitam dalam beberapa kebudayaan menandakan kematian atau dihubungkan dengan iblis dan pertanda buruk. Iblis berkaitan juga dengan sihir. Apakah kami dikutuk dengan sihir? Entahlah.
“Saya juga enggak tau, Tuan Wisnu. Maaf.” Hanya jawaban itu yang bisa kuberikan padanya.
Dia kemudian meminta sesuatu padaku yang membuatku makin merasa terbebani.