Aku mengemudikan Mercedes Cabriolet milik Kak Lodewijk menuju tempat aku harus menyerahkan diri pada polisi. Perasaan cemas dan waswas memenuhi isi kepalaku. Aku sudah meminta Sofia untuk menyerahkan surat wasiatku pada Karim, paman dan bibiku, beserta kedua orang tuaku andaikan ini semua berakhir dengan buruk. Demikian pula Kak Lodewijk dan Ilya, mereka melakukan hal yang sama. Kadang aku penasaran, apakah seperti ini yang seorang prajurit rasakan ketika meninggalkan orang yang mereka sayang untuk bertugas menjaga dan membela negaranya? Ah, entahlah, aku tidak tahu.
Beberapa waktu berlalu, kami akhirnya sampai di bawah jalan layang yang menjadi tempat pertemuan kami dan mereka. Masih belum ada siapa-siapa di sini. Apa ini jebakan? Entahlah. Aku menarik gagang pintu. Belum sempat aku membukanya, Kak Lodewijk menepuk pundakku. Aku menoleh kepadanya.
“Iya, Kak?”
“Aku dapet pesen dari Hare Hoogheid Sofia, dia bilang, dia sama Pak Erwin ada rencana lain.”
“Kenapa baru sekarang ngasih taunya?”
“Karena rencana ini juga bikinnya mendadak. Intinya, selama kita pergi, Pak Erwin udah ngehubungin temennya dari divisi undercover. Dia bilang mereka punya koneksi sama Geng Motor Jalan Darah MC. Hare Hoogheid Sofia sama Pak Wisnu minta mereka buat jadi pengalih perhatian. Ya, memang harus bayar, tapi Hare Hoogheid Sofia punya uangnya. Transaksinya udah beres. Aku dikasih nomor letnan geng mereka yang nguasain area sekitar sini. Kalau aksinya udah mulai, aku tinggal telepon nomornya. Hare Hoogheid Sofia bilang, dia sama anak buahnya udah nunggu di sekitar sini.”
“Ya, baguslah,” jawabku.
Mobil kami terparkir dekat dengan ujung tembok penyangga jalan layang sehingga Kak Lodewijk dapat bersembunyi di balik mobil tanpa harus khawatir akan ditembak atau mendapat serangan dari belakang.
Aku berdiri menyandarkan diriku ke badan mobil. Beberapa menit kemudian aku melihat beberapa mobil yang terlihat seperti mobil SUV dan sedan mendekat lalu berhenti. Sejumlah orang yang mengenakan pakaian jaket kulit berwarna hitam legam lengkap dengan celana panjang beserta sepatu yang berwarna serasi dan bersenjata laras panjang lengkap keluar dari mobil. Di lengan baju yang mereka kenakan terdapat logo yang terdiri dari dua pasang burung di sisi kiri dan kanan yang terbang dalam posisi akan mendarat mendekati satu tanda panah serta ular yang melingkari mereka. Semua gambar yang terdapat pada logo tersebut dibentuk dengan motif desain tribal. Unit polisi apa ini? Aku belum pernah melihatnya.
Seorang wanita berjalan mendekatiku. Rambutnya pirang, hanya saja keputihan. Matanya yang gelap sebiru es kutub menatapku dengan dingin, tajam, dan menusuk saat melihatku. Dia tersenyum licik.
“Jadi, Anda rupanya hacker yang bernama Kazrus135?”
“Ya, itu benar.”