Aku—Ilya, berjalan masuk menuju bunker, tempat asal virus yang menyerang smartphone-ku berasal. Bunker itu terhubung dengan stasiun kereta bawah tanah yang sudah lama tak terpakai. Dalam perjalananku menuju bunker, sempat terjadi sedikit baku tembak antara aku dan beberapa polisi penjaga yang menjaga tempat ini, tapi aku berhasil mengatasi mereka dan mengambil beberapa foto armband yang terpasang di lengan mereka. Aku penasaran, unit polisi apa ini? Mungkin Pak Erwin punya pengetahuan mengenai logo unit kepolisian yang tertera di armband mereka.
Hal pertama yang kulakukan saat sampai adalah memakai topeng taktis CM-6M yang kupinta pada Tuan Wisnu untuk berjaga-jaga jika bunker yang akan kumasuki dipasang jebakan gas beracun yang akan muncul melalui ventilasi di dalamnya.
Setelah memakainya aku melihat sebuah keypad terpasang dekat dengan pintu masuk. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk memecahkan kode keamanan keypad yang digunakan sebagai kunci bunker ini.
Pintu berhasil terbuka. Aku melihat sedikit kepulan asap keluar dari dalam bunker, seketika hawa dingin menyentuh tubuhku. Aku rasa hawa dingin ini berasal dari pendingin ruangan yang suhunya dipasang serendah mungkin untuk menjaga mesin-mesin yang berada di dalam bunker ini agar tidak overheat.
Aku memasukinya. Mataku kemudian dihadapkan dengan berbagai layar yang menunjukkan berbagai tempat. Aku mengenali beberapa tempat yang ditunjukkan di layar-layar itu. Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku langsung berlari menuju salah satu komputer yang ada di ruangan ini untuk mencari tahu mengenai sistem digunakan beserta sistem keamanannya. Sial, tempat di mana seluruh perangkat keras yang menjadi sumber sistem operasi server yang komputer-komputer ini gunakan rupanya berada di markas utama Badan Intelijen RIS. Tunggu, itu dia! Kalau perangkat keras yang menjalankan server yang komputer-komputer di sini gunakan berasal dari markas utama Badan Intelijen RIS, berarti aku bisa coba meretasnya melalui kamera CCTV yang terpasang di sana. Mungkin bisa aku ketahui di mana saja keberadaannya dari komputer di sini.
Sebelum mulai mencoba meretas CCTV yang ada di markas utama Badan Intelijen RIS, aku mencoba untuk memeriksa apakah bunker ini dipasang jebakan sesuai dugaan yang kumiliki. Rupanya benar dugaanku, bunker ini dipasang jebakan. Sedari aku masuk, ternyata jebakan gas beracun tersebut sudah menyala. Tidak hanya gas beracun, dalam keadaan genting, bunker ini bisa meledak kapan saja. Cara mematikan jebakannya adalah aku harus meretas sistem jebakan yang terhubung dengan markas intelijen. Oh, sial!
Aku bisa saja mencoba lebih dari sekadar mengambil data dari markas intelijen. Namun, ada kemungkinan besar aksiku akan ketahuan dan aku akan jadi buronan. Yah, tidak ada yang bisa kulakukan. Aku sudah sejauh ini. Aku yang memulai perangnya dan aku pula yang harus mengakhirinya. Bismillah.
Aku mulai meretas CCTV markas utama Badan Intelijen RIS yang berada di Kota Sucilangkung sambil berharap usahaku untuk menutupi jejakku di internet berhasil. Saat berhasil melihat ruangan yang berisi perangkat keras yang menjalankan server dan sistem operasi komputer yang ada di markas intelijen, hal pertama yang kulakukan adalah mematikan sistem operasi listrik yang ada di seluruh bangunan markas. Ini menyebabkan perangkat keras yang ada di markas utama badan intelijen melakukan reboot. Ketika suatu komputer beserta perangkat kerasnya melakukan reboot, itulah saat yang paling mudah untuk membobol sistem keamanan sistem operasi komputer dan perangkat kerasnya tanpa harus mengetahui password atau kode keamanan sistem operasi suatu komputer.
Selama melakukan reboot, perangkat keras dan komputer mengganti sumber energi yang mereka gunakan untuk menjalankan mesin yang ada di dalamnya dengan sumber energi cadangan sehingga aku masih bisa melihat melalui CCTV mengenai apa yang sedang terjadi di markas utama intelijen. Langkah kedua yang kulakukan adalah membuat para karyawan dan petugas IT mulai sibuk dan berusaha memastikan bahwa yang membuat sistem listrik bangunan mereka mati adalah karena kejadian biasa, bukan karena keamanan mereka ditembus. Aku harus melakukan ini dengan cepat. Ayolah, jebakan bom dan gas beracun sudah kumatikan, tinggal menghapus virus malware yang menyerang smartphone-ku, lalu mengamankan dan menghapus data vital maupun data mengenai pergerakan diriku, Karim, Muhamed, Tuan Wisnu, Sofia, dan Kak Lodewijk dari sistem mereka. Sedikit lagi!
Oh, sial! Aku mendengar suara pintu bunker terbuka. Aku langsung berhenti mengutak-atik komputer dan mengambil flashbang-ku. Saat pintunya terbuka, aku melihat dua orang wanita berambut pirang keputihan menembakiku. Aku langsung melempar flashbang-ku dan berlari meninggalkan komputer yang kupakai. Mereka berdua langsung menembakkan senjata ke sembarang arah sambil bersembunyi di balik dinding pintu bunker.
Oh, sial, apakah aku akan berakhir di sini?
“Keluarlah dan tunjukkan dirimu sendiri, Kazrus135! Atau harus kupanggil Ilya Kozlovsky?”