Salat sudah kulaksanakan, aku kembali ke ruang komputer dan mendapatkan pesan dari orang tadi. Dia bilang dirinya telah mencoba menghubungi Pak Erwin yang sedang berusaha mencari informasi melalui anak buahnya dari bidang IT yang dia percayai. Aku harus menunggu informasi lebih lanjut lagi karena beliau juga paham bahwa enkripsi AES-256 adalah enkripsi terkuat dan hanya dapat dibuka oleh orang yang mengetahui description key-nya.
Masalahnya adalah file ini milik Badan Intelijen RIS, sehingga satu-satunya cara untuk mendapatkan description key-nya adalah dengan menemukan beberapa orang dari badan intelijen atau mantan badan intelijen yang sekiranya mengetahui description key-nya. Sial, waktu kami sempit! Tinggal sebulan dan sepuluh hari lagi sebelum persidangan berikutnya dimulai dan kami belum menemukan bukti apa pun.
Kalau begini terus Karim akan mendekam di penjara. Aku juga belum mengetahui apa rencana mereka berikutnya. Tangan kami semua terikat di sini. Sebaiknya aku melapor pada Kak Lodewijk. Sebelum itu, aku kembali memeriksa nomor yang tadi kuhubungi beserta aktivitas informasi dan keluar masuk data nomor tersebut untuk memastikan apakah dia melapor pada Pak Erwin. Tidak lupa aku memeriksa apakah perangkat tersebut memiliki nomor ganda atau tidak dan meretas kameranya untuk memastikan bahwa dia tidak melakukan macam-macam.
Setelah memastikan semuanya aman, aku turun ke bawah dan menemui Kak Lodewijk yang sedang menonton berita di televisi sambil terkadang mengutak-atik smartphone-nya. Aku duduk di salah satu kursi yang menghadap ke samping dan mulai menyampaikan permasalahan yang kuhadapi.
“Kak Lodewijk”
“Ya, Ilya, ada apa?”
“File yang aku temuin dikunci pake enkripsi AES-256. Singkatnya, enkripsi itu kunci yang ngacak informasi data sebuah file jadi nomor-nomor acak—yang kalau kita enggak tau kuncinya, enggak akan pernah bisa dibuka bentuk aslinya dan enkripsi AES-256 itu kunci enkripsi yang paling kuat.”
“Ya, terus?”