Kami kembali ke markas. Aku—Gertrud, memang yang paling dituakan dan dijadikan panutan oleh kedua kembaranku karena mereka menganggapku sebagai yang paling tangguh, berani dan kuat. Namun, tetap saja ada masa seperti sekarang di mana batinku merasakan sedikit kegelisahan karena tidak dapat membawa berita baik meskipun sudah melakukan percobaan pada racun terbaru yang diberikan kepada kami. Untuk pertama kalinya, unit polisi elite seperti kami—yang asal personelnya adalah para kriminal kelas berat yang dilatih untuk bertarung dan bertempur, malah kalah oleh seorang pengacara dan dua bocah mahasiswa ingusan yang seharusnya dapat kami bunuh dengan mudah. Seandainya saat itu Heer Vinno meminta kami membunuh Lodewijk daripada harus menguji keberpihakan kembarannya, tentunya hal seperti ini tak kan terjadi.
Yah, sudahlah. Mau diapakan aku, aku tidak peduli. Kalau aku akan dikembalikan ke dalam sel tahanan, aku dan teman-temanku yang ada di sini bisa mengambil alih unit ini dengan mudah karena kami punya akses untuk persenjataan yang kami miliki. Selama kami setia pada partai, pasti mereka akan menutup mata.
Kami sampai di ruang atasan dan masuk secara berurutan. Kami bertiga serentak memberi hormat dan salam kami.
“Houzee![1]”
“Houzee!” ujarnya membalas salam dan hormat kami.
“Meneer, rapporteren![2]” ujarku.
“Ja, voortgaan.[3]”
“Mengenai racun yang orang laboratorium berikan, kami sudah mengujinya. Ketiga orang yang kami uji coba berkelahi satu sama lain sampai mati. Kami melakukannya di sebuah convenient store yang berbatasan antara kota dengan desa. Ini bukti videonya,” ujarku lalu memperlihatkannya rekaman CCTV yang Geertruida telah ambil dari convenient store itu.
“Bisa tolong jelaskan kenapa kalian menguji coba racun tersebut kepada tiga pegawai convenient store yang tak bersalah itu dan bagaimana dengan peretas yang bernama Ilya itu?” tanyanya.
“Mengenai Ilya, kami tidak berhasil menangkapnya, Meneer,” jawabku padanya dengan nada rendah.
Dia bangkit dari kursinya lalu dengan tangan istirahat di belakang punggungnya, berjalan menuju jendela dan melihat keluar.
“Jelaskan secara rinci kenapa kalian tidak berhasil menangkapnya,” pintanya.
“Ketika kami datang ke rumah aman, mereka bertiga tidak ada. Kami belum mengetahui persisnya bagaimana mengenai kenapa mereka bertiga berhasil mengelak jebakan yang diperuntukkan kepada mereka, tapi kami berasumsi, sepertinya bocah itu berhasil melacak gerak-gerik kami karena mata-mata yang Anda tempatkan di kubu Meneer Erwin—memberikan penjelasan bahwa ketika Ilya meminta nomor telponnya, dia memberikan nomor teleponnya dan mungkin dia berhasil mengetahui kalau mata-mata yang Anda minta untuk menyambutnya di rumah aman terhubung dengan pihak intelijen. Berdasarkan kesaksian dari tiga orang pegawai convenient store yang kami bunuh setelah kami interogasi, mereka bertiga mengaku membantu Ilya beserta teman-temannya kabur dengan meminjamkan mereka mobil, karena itu mereka kami bunuh,” jelasku.
Dia mengembuskan napasnya.
“Kalian bertiga tahu? Kalian adalah personil terbaik dalam unit ini dan kalian adalah salah satu dari sekian banyak yang berhasil bertahan dari umpan palsu yang diberikan oleh kubu musuh dan bertahan dari penyerangan terhadap cabang markas kita yang berada di bekas stasiun kereta bawah tanah itu.”