Antara Darah dan Hati 2 Dream Reality Seri 2

Fahlevi Anggara Fajrin
Chapter #35

Chapter 7 Bagian 2 Kunjungan Muhamed ke Penjara

Sudah sehari berlalu sejak aku—Muhamed, terbangun dari tidur panjangku dan menerima segala informasi yang kulewatkan melalui penuturannya dan Ilya. Berdasarkan informasi yang kudapatkan, aku segera melakukan sesuatu yang selalu ingin kulakukan sebelum aku harus mempertaruhkan nyawaku lagi, mengunjungi Karim di penjara.

Setelah izin kepada Sofia dan Tuan Wisnu, aku berangkat menuju penjara ditemani oleh Ilya menggunakan taksi online. Ilya menemaniku atas permintaan Sofia untuk berjaga-jaga andaikan sesuatu yang buruk terjadi padaku. Kali ini dia diminta untuk menemaniku ke mana pun aku pergi dan tidak meninggalkanku sendirian lagi seperti saat aku diantar Ilya untuk menemui informan palsu yang ternyata adalah “sesuatu lain” yang memiliki wujud mengerikan dan tidak ingin kuingat-ingat lagi bentuknya.

Saat sampai di penjara, kami segera masuk dan pergi ke meja administrasi, mengemukakan niat untuk menjenguk tahanan yang bernama Karim Dawala Sokolović. Setelah itu kami diberikan nomor urut kunjungan, menaruh barang kami di tempat penitipan barang, dan menunggu di ruang tunggu hingga sipir memanggil nomor urut kami. Ilya mendapat nomor urut terlebih dahulu, sedangkan aku setelahnya.

Kami berdua berjalan menuju ruang tunggu dan duduk di bangku. Beberapa saat kemudian nomor urut Ilya dipanggil. Dia masuk ke dalam ruang jenguk tahanan. Aku menunggunya hingga dia keluar. Berikutnya nomor urutku dipanggil. Aku berjalan menuju pintu masuk ruang jenguk tahanan. Saat hampir sampai di depan pintu masuk, sipir membukakan pintunya untukku. Aku masuk ke dalam kemudian pintunya ditutup. Aku berjalan ke kursi yang berhadapan dengan Karim yang sedang duduk. Dia tersenyum lebar ketika melihatku. Aku membalas senyumannya dan mengangkat gagang telepon, memulai pembicaraan.

“Asalamualaikum,” sapaku.

Wa’alaikumussalaam,” jawabnya.

“Karim, gimana keadaanmu? Kamu enggak diapa-apain, kan?” tanyaku dengan nada sedikit sendu.

“Enggak, alhamdulillah. Aku baik-baik aja, seenggaknya buat sekarang. Hehe,” jawabnya dengan nada rendah dan berusaha bercanda dengan ironi.

“Kamu bakal bebas, Karim, aku yakin itu! Aku selalu berdoa buat kebebasanmu,” ujarku, berusaha menghiburnya.

“Muhamed, kalaupun aku enggak bebas enggak apa-apa. Aku punya satu permintaan ke kamu, tolong jaga Sofia,” ujarnya.

Aku masih berusaha menahan air mataku dan menyemangatinya.

Lihat selengkapnya