Antara Darah dan Hati 2 Dream Reality Seri 2

Fahlevi Anggara Fajrin
Chapter #39

Chapter 7 Bagian 6 Selangkah Mundur

Aku—Ilya, sedang memaksa kedua kakiku terus berlari mengikuti arahan peta di layar smartphone-ku, menuju suatu tempat yang kemungkinan adalah tempat persembunyian Kak Tantri. Namun, smartphone-ku bergetar dan aku melihat ada pemberitahuan pesan WhatsApp dari Kak Tantri. Aku membukanya dan membaca isinya. Ada foto wajah dua orang yang di bawahnya tertera nomor telepon kemudian di bawahnya terdapat pesan lagi.

“Ini 2 nomor telpon teroris, sisanya buruan kamu lacak. Maaf jawabnya telat, tadi ada sedikit gangguan. Kalau kamu lagi dalam perjalanan ke tempat aku sembunyi, lebih baik kamu buruan balik lagi ke lokasi pengeboman.”

Setelah membaca pesannya aku segera melacak nomor telepon kedua teroris yang tersisa, melihat peta sekilas, memasang peredam suara di moncong pistolku, dan bergegas berbalik arah, berlari kembali ke tenda festival Pasar Malam Besar.

Saat kembali aku melihat cukup banyak mayat bergelimpangan yang didominasi oleh anggota Geng Motor Jalan Darah dan beberapa orang yang terlihat seperti warga biasa. Namun, di sebelah kanan dan kiri tempat mayat mereka terbaring terdapat senjata api jenis pistol mitraliur Uzi. Senjata api jenis pistol mitraliur Uzi tidak dapat dimiliki oleh sembarang orang. Apa yang sebenarnya telah terjadi?

Aku segera membuka kembali smartphone-ku, ternyata ada pesan masuk dari Muhamed sekitar beberapa menit yang lalu. Aku membacanya dan isinya membuatku terkejut.

“Ilya, kalau kamu udah balik dan ngelihat banyak mayat, mereka anggota SSE yang nyamar jadi warga biasa dan baku tembak sama anggota geng motor Jalan Darah. Mereka semua baru muncul dan nunjukin diri mereka pas semua pengunjung acara pada lari ke pintu keluar tenda. Aku, Kak Reis, sama sisa anggota geng motor Jalan Darah tadi sempet baku tembak sama mereka dan sekarang kita masih berusaha buat nyari sisa anggota SSE di sini. Aku enggak tau juga apa mereka udah manggil bala bantuan mereka atau belum, yang jelas kalau bala bantuan mereka dateng, aku enggak tau apa kita bisa keluar dari sini idup-idup atau enggak, karena jumlah kita tinggal sedikit dan pada mencar. Jadi, tolong cepetan temuin terorisnya dan kalau udah ketemu, tolong jangan dibunuh. Kita butuh dia hidup-hidup buat diinterogasi.”

Sial! Bagaimana mereka bisa mengetahui kalau kami mau menggagalkan pengeboman yang akan terjadi malam ini? Kenapa pula Kak Tantri lama mengirimkan pesan yang berisi nomor telepon kedua teroris itu? Aku memang sudah memercayai Kak Tantri, tetapi kejadian ini membuatku curiga. Ah, singkirkan pikiran itu, Ilya! Gunakan waktu yang tersisa untuk menemukan kedua teroris sisanya!

Lihat selengkapnya