Antara Darah dan Hati 2: Dream Reality Seri 3

Fahlevi Anggara Fajrin
Chapter #16

Chapter 3 Bagian 6 Onschuldig verklaard

Aku Sofia—akhirnya pada keesokan hari, pukul sembilan pagi, Meneer Karim dipindahkan ke bagian Gedung Perawatan Pasien biasa, yang mana ruangan tersebut dijaga oleh dua orang personel polisi karena statusnya narapidana. Dokter bilang Meneer Karim mungkin akan segera terbangun dari tidurnya, jadi aku, Tuan Wisnu, Kak Lodewijk, ibu serta ayahnya yang baru datang sekitar dini hari tadi, sangat menantikan waktu di mana ia terbangun dari tidur.

Aku melihat—bahkan di saat-saat seperti ini pun, ia masih belum bisa dikatakan bebas dari hukuman keji yang menimpanya. Tangan kirinya diborgol yang mana borgol tersebut terpasang pada batang besi yang terdapat di bagian kiri kerangka kasur tempat ia berbaring.

Selama menunggu ia terbangun dari tidurnya, aku terus mengucapkan dua kalimat yang tak henti kuulang di dalam batin semenjak kemarin. Tetapi kali ini aku mengucapkannya dalam Bahasa Arab, bahasa yang dipilih oleh Tuhan yang Meneer Karim, Tuan Wisnu, Kak Lodewijk, dan kedua orang tuanya Meneer Karim cintai.

Aku tidak mengerti kenapa Tuhan memilih Bahasa Arab sebagai bahasa yang Ia gunakan untuk menyampaikan pesannya kepada umat manusia, tetapi Tuan Wisnu pernah mengatakan bahwa Tuhan menetapkan sesuatu terjadi karena ada kebaikan dan kebijaksanaan di dalamnya. Mungkin aku akan mencoba mempelajari Bahasa Arab dalam waktu dekat dan mencoba mencari tahu kenapa bahasa ini Ia pilih untuk menyampaikan pesan-Nya pada umat manusia.

Tiba-tiba saat aku hampir tertidur akibat buaian dinginnya AC, terdengar Ibunda Meneer Karim mengucapkan puji Tuhan dalam Bahasa Arab, kemudian menangis terisak sambil memberikan pelukan pada Meneer Karim yang masih terbaring. Sontak aku langsung berdiri, berjalan menuju kasur tempat ia berbaring, lalu melihat wajah tersenyumnya yang ia tunjukan pada kami.

Air mata kembali keluar dari kedua sudut mata, menuruni kedua pipiku. Kemudian salah satu personel polisi yang berada di antara kami memberitahukan kami bahwa ia akan keluar sebentar dan memberitahukan perawat bahwa Meneer Karim sudah terbangun dari tidur panjangnya. Kedua orang tuanya Meneer Karim secara bergiliran mengucapkan terima kasihnya padaku untuk donor darah yang kulakukan.

“Terima kasih Tuan Putri untuk kebaikan Anda, mohon maafkan kami jika kami merepotkan Anda atau membuat Anda kesusahan,” ujar ayahnya Meneer Karim.

“Seandainya ada sesuatu yang bisa kami lakukan untuk membalas kebaikan yang Anda telah berikan pada kami, tolong beri tahu kami segera,” ujar ibunya Meneer Karim.

Aku tersenyum mendengar pernyataan mereka, kemudian memberikan jawaban. “Meneer Karim—anak Anda berdua, dia laki-laki yang baik, dia membuat saya belajar untuk mencintai Tuhan. Tanpa kehadiran anak Anda di dalam kehidupan saya, saya mungkin enggak pernah belajar bagaimana caranya mencintai Tuhan. Saya ngerasa beruntung bisa bertemu dengannya dan jadi salah satu teman dekatnya. Anda enggak perlu ngebales kebaikan saya, sudah tugas saya sebagai salah satu teman dekatnya untuk ngebantuin dia di saat sulit. Sebab banyak orang bilang seorang teman akan menolong temannya di saat kesusahan.”

“Semoga Tuhan ngebales kebaikan Anda, Tuan Putri,” ujar ibundanya padaku.

Aamiiin.” jawabku.

Kemudian aku mendengar suara pintu terbuka, personel polisi yang tadi keluar telah kembali ke dalam. Ia menghampiri Kak Lodewijk tampak terlihat berbisik. Setelahnya Kak Lodewijk memberitahukan kami terkait pengajuan banding yang sudah diproses, kepada kedua orang tuanya Meneer Karim.

“Permisi Pak, Bu. Mohon maaf jika saya ngeganggu percakapan kalian dengan Tuan Putri Sofia, tapi saya hanya ingin bilang bahwa berkas pengajuan Hukum Banding sudah diproses dan berdasarkan prosedur yang berlaku, kita harus nunggu hasil keputusan Hakim Pengadilan Tinggi yang bakalan keluar paling lama sekitar 3 bulan. Ya, ada perihal enggak enak mengenai ini yang akan dijelaskan oleh Pak Polisi, silahkan Pak!”

Kemudian personel polisi tersebut membuka memberitahukan kami mengenai perihal yang tidak mengenakkan tersebut.

“Selama menunggu hasil keputusan Hakim Pengadilan Tinggi, Karim masih harus lanjut menjalani masa hukumannya di penjara hingga putusan dari Hakim Pengadilan Tinggi keluar. Begitu prosedur yang berlaku di dalam sistem hukum. Jadi kemungkinan besar saat kondisi Karim sudah dianggap cukup pulih, kami akan membawanya masuk kembali ke dalam penjara.”

Seketika ibunda Meneer Karim kembali menangis terisak, kemudian ayahnya bertanya pada polisi yang berjaga.

“Kenapa anak saya harus kembali ke tempat buruk itu, sedangkan Anda dapat melihat dengan jelas bahwa Tuan Putri Sofia ada di sini dan dengan sukarela selalu membela anak saya. Bahkan rela memberikan darahnya untuk menolong anak saya? Apa Anda buta?” ujar ayah Meneer Karim bertanya kepada polisi itu dengan lantang.

“Saya hanya mengikuti perintah sesuai dengan prosedur yang berlaku. Saya sangat menyadari dengan jelas bahwa anak Anda tidak bersalah, tapi saya tidak bisa melakukan sesuatu yang berada di luar kewenangan saya,” jawab polisi itu.

“Pak Polisi, berapa banyak narapidana yang mati di penjara akibat kekerasan yang dilakukan oleh para napi? Apakah kejadian ini hanya terjadi pada Meneer Karim saja atau pernah terjadi pada narapidana lainnya?” tanyaku pada polisi itu.

Ia tertegun mendengar pertanyaan tersebut, hening mengisi seluruh ruangan. Aku kembali berkata, “saya yakin Anda tahu bahwa apa yang telah terjadi pada Meneer Karim pernah terjadi pada narapidana lainnya dan Anda juga telah mengetahui bahwa Meneer Karim bukanlah orang jahat.—

—Saya ngerti Anda enggak bisa ngelakuin sesuatu yang berada di luar kewenangan Anda. Tapi berhubung Anda berada di sini atas perintah atasan Anda yang mengurusi dan mengawasi para tahanan di penjara, bisakah Anda membantu kami untuk memastikan bahwa Meneer Karim aman dari segala ancaman yang dapat membahayakannya saat ia kembali masuk ke penjara?”

Keheningan masih memenuhi seluruh ruangan, kemudian polisi itu membuka mulutnya dan memberikan jawaban, “akan diusahakan sebaik yang kami bisa.”

“Jika Anda seorang muslim, apakah Anda dan teman Anda berani bersumpah atas nama Tuhan, bahwa Anda dan teman Anda enggak akan ngelanggar sumpah. Jika ngelanggar sumpah, maka kalian akan menderita di dunia dan di akhirat?”

Lihat selengkapnya