Aku Karim—siang hari telah tiba, aku berbaring di ranjang sel penjara tempat ditahan. Tiba-tiba mendengar seseorang dari luar sel memanggil namaku. Aku kenal suara orang itu, dia adalah sipir yang sudah dianggap sebagai teman. Segera bangkit dari tempat tidur, berdiri dan berjalan menuju pintu sel penjara.
“Karim!”
“Ya, Pak. Ada apa?” ujarku menjawab.
“Keluar dari sel ini dan ikut saya!” ujarnya lalu membuka pintu sel penjara tempatku ditahan.
Aku melangkah keluar dari sel penjara, lalu bertanya padanya. “Jadi ada tugas apa lagi yang harus saya kerjain, Pak?”
“Enggak ada tugas apa pun,” jawabnya.
“Terus saya mau dibawa ke mana?” tanyaku.
“Udah jangan banyak tanya, ikut saya aja!” pintanya dan aku menurut saja.
Kakiku melangkah menyusuri penjara bersama dengan sipir itu, beberapa tahanan menatap sinis seperti biasa. Tetapi aku berusaha menghiraukan mereka dan dengan pandangan lurus, terus mengikuti langkah kaki sang sipir. Hingga akhirnya kami sampai di sebuah ruangan yang mana terdapat sebuah meja dan kursi yang diduduki oleh seorang personel polisi. Di belakang sang polisi terdapat banyak lemari loker yang terkunci, kemudian sang sipir berbicara pada sang polisi yang sedang bertugas tersebut.
“Pak, permisi. Ini orangnya.”
Sang polisi berdiri dari kursi kemudian membuka salah satu pintu loker dan mengambil barang-barang yang ada di dalamnya. Di antaranya adalah dompet dan pakaian yang terakhir kali aku pakai sebelum masuk ke dalam penjara ini. Ia menaruhnya di meja dan mengatakan sesuatu.