Antara Darah dan Hati 2: Dream Reality Seri 3

Fahlevi Anggara Fajrin
Chapter #25

Chapter 5 Bagian 1 Kabur Lagi

Aku Tantri—tidak menyangka musuh kami akan senekat itu untuk meredam perlawanan rakyat RIS yang ingin terbebas dari segala penindasan yang mereka lakukan dengan cara mencoba membunuh Hare Hoogheid Sofia.

Di dalam file-file yang kuberi pada Ilya—tidak ada satu pun file yang memuat rencana partai untuk membunuh Hare Hoogheid Sofia. Beliau yang masih hidup dan selamat sampai sejauh ini adalah sebuah keajaiban yang patut disyukuri. Dengan foto-foto mayat personel SSE dan Tuan Wisnu yang beliau berikan padaku dan Ilya melalui WhatsApp, kami dapat menjadikan foto-foto itu sebagai barang bukti untuk mengungkap kejahatan partai.

Atas permintaan beliau pula, kami menyebarkan kisah usaha pembunuhan Hare Hoogheid Sofia yang sebenarnya ke berbagai sosial media melalui bantuan teman-teman seperjuangan di dunia maya. Selebihnya hanya butuh pengakuan Hare Hoogheid Sofia kepada media massa, kalau SSE yang merupakan anjing-anjing penjaga kekuasaan partai Neo-NSB adalah pelaku asli usaha pembunuhannya. Sekarang yang harus kami lakukan adalah bersembunyi dari kejaran mereka lagi.

Alasanku meminta Lodewijk ikut bersama untuk bersembunyi di tempat lain, karena ia sudah dua kali ditangkap dan disekap oleh SSE. Selain itu, pergerakan SSE sulit diketahui, ditambah aku yang sedang diskors. Sudah pasti jadi buta informasi, sedangkan kabar-kabar yang kudapat dari teman-teman di kepolisian, serta informasi hasil meretas masuk ke dalam gawai mereka—hanya kabar dan informasi biasa yang tidak mengandung sesuatu yang penting.

Selain itu, setelah berita percobaan pembunuhan terhadap Hare Hoogheid Sofia beredar, aku sempat berusaha melacak keberadaan Riri untuk memastikan apakah smartphone-nya aktif dan berada di rumahnya atau tidak. Tadi siang, saat melacak lokasi smartphone-nya atas permintaan Lodewijk untuk memastikan apakah dia berada di rumah atau tidak. Smartphone-nya memang berada di rumahnya, hanya saja aku merasa ada yang janggal karena saat meretas smartphone-nya tadi siang, kamera depan smartphone tersebut menunjukkan apartemen yang gelap hanya diterangi oleh sedikit cahaya matahari akibat lampu ruang apartemennya yang tidak menyala sama sekali.

Aku sendiri kabur dari rumah karena ayah dibunuh oleh mereka di rumah kami sendiri dan aku harus berjuang menyelamatkan diri untuk melanjutkan perjuangannya dan memenuhi permintaan terakhir beliau—menjaga rumah ini beserta para penghuninya, yaitu tempat tinggalku yang bernama Republik Indonesia Serikat dari orang-orang yang ingin berbuat keji dan jahat kepadanya dan rakyatnya.

Aku pun sampai di tujuan sesuai lokasi yang Lodewijk kirimkan di WA. Membuka jendela pintu depan mobil, kemudian menekan klakson. Lodewijk yang melihat wajahku segera berjalan menuju mobil, membuka pintu kursi penumpang bagian depan, dan duduk di sebelahku. Setelah ia masuk ke dalam, aku mengunci pintu dan lanjut berkendara menuju tempat Ilya berada.

Hening memenuhi suasana mobil, sampai akhirnya keluar pertanyaan dari Lodewijk. Sudah kuduga, pasti tentang itu.

“Tantri, apa SSE ngejar kita lagi makanya kamu nyuruh aku buat pergi dari rumah?”

“Jujur, aku enggak tau Lodewijk. Aku ini diskors, aku buta informasi dan meskipun udah berusaha gali informasi dari gawai punya temen-temen di kepolisian yang kuretas setelah liat berita mengenai percobaan pembunuhan Hare Hoogheid Sofia, aku masih enggak dapet informasi apapun yang berguna. Makanya aku hubungin kamu dan minta kamu ikut aku, karena khawatir sama nasib kita. Musuh-musuh kita selalu satu langkah lebih maju dari, karena itu kita harus bisa nyamain langkah sama mereka,” ujarku padanya menjelaskan.

Lihat selengkapnya