Aku Muhamed, bersama demonstran yang berada di barisan depan berlari memasuki Gedung Algemene Volksraad[1]. Kemudian koordinator demonstran dengan loud speaker-nya meminta kami semua untuk berpencar ke segala arah untuk menemukan para anggota parlemen, dimulai dari mencari mereka di ruang paripurna Gedung Algemene Volksraad dan mencari di ruangan lain
Para demonstran yang sudah berdesak-desakan memenuhi Gedung Algemene Volksraad mulai berpencar ke berbagai arah, termasuk aku dan Kak Lodewijk. Kami bersama demonstran lainnya memasuki dan menggeledah berbagai ruangan yang ada di dalam Gedung Algmene Volksraad dan mendobrak pintu ruangan yang terkunci.
Di beberapa sudut Gedung Algemene Volksraad, terdapat personel Pasukan Schutterij yang masih belum mau menyerah, berusaha menghadang massa demonstran dan menodong mereka dengan senjata api. Dikarenakan kami juga turut dikawal oleh Pasukan Schutterij yang membela, para personel yang masih setia pada rezim akhirnya menurunkan senjata dan membiarkan kami melakukan aksi, setelah Pasukan Schutterij pembela berdiskusi dengan mereka.
Beberapa waktu berlalu, aku bersama Kak Lodewijk dan demonstran lainnya berhenti melangkahkan kaki saat sampai di depan sebuah pintu berukuran besar yang sepertinya merupakan pintu masuk menuju ruang paripurna Gedung Algemene Volksraad. Beberapa demonstran berusaha menarik dan mendorong pintunya agar terbuka, tapi pintu tersebut tidak dapat dibuka. Demonstran lain pun turut maju dan berusaha membuka, akan tetapi tenaga mereka masih tidak dapat membuka pintunya.
Hingga beberapa demonstran berinisiatif untuk pergi mencari benda yang dapat digunakan untuk mendobrak pintu masuk menuju ruang paripurna. Kami pun menunggu sekitar dua jam, sampai akhirnya para demonstran bersama beberapa personel Pasukan Schutterij pembela kembali dengan battering ram, sebuah alat yang digunakan untuk memukul pintu agar terbuka.
Anggota Pasukan Schutterij yang berada di pihak kami, tidak hanya membawa satu beberapa battering ram. Tapi beberapa battering ram yang diikat satu sama lain sehingga berbentuk panjang yang mana dapat diayunkan bersama demonstran lain sehingga dapat memberikan daya dorong yang lebih besar dan dapat memaksa pintu yang terkunci lebih mudah terbuka.
Aku dan Kak Lodewijk bersama demonstran yang sedari tadi duduk di atas lantai, akhirnya berdiri lalu semua berhimpit-himpitan satu sama lain, berusaha memberikan mereka ruang agar dapat mengayunkan beberapa battering ram yang menyambung itu. Mereka mencoba mengayunkan battering ram dengan segenap tenaga. Akan tetapi—karena battering ram yang saling menyambung itu terlalu berat untuk diayun, saat ujung depan battering ram mengenai permukaan pintu masuk ruang paripurna, daya dorongnya sangat kecil. Sehingga mereka meminta beberapa relawan lain untuk membantu mengayunkan battering ram yang saling menyambung tersebut.
Kami pun segera memegang salah satu bagian dari sambungan beberapa battering ram yang memanjang tersebut. Setelah kami mengokohkan pijakan kaki, suara lantang yang berisi aba-aba untuk mulai mengayunkan battering ram datang dari depan.
"Tarik, dorong!"
Kami semua menarik battering ram ke belakang dan mengayunkannya ke depan sekuat tenaga—beberapa kali. Akan tetapi pintunya masih belum terbuka. Kami pun membuat taktik baru agar daya dorong yang dihasilkan lebih besar. Kami akan mundur beberapa langkah, kemudian berlari ke depan sambil menabrakkan battering ram yang dipegang pegang ke permukaan pintu.
Dengan aba-aba yang ada, kamu melakukan taktik tersebut. "Dorong!"