Aku Sofia—satu bulan telah berlalu dan pada akhirnya, hari diadakannya Ijab Qabul palsu pernikahanku tiba. Para aktor yang telah kami sewa untuk memerankan diriku dan Meneer Karim telah dioperasi plastik wajahnya sekitar sebulan yang lalu. Mereka sudah berada di posisi masing-masing. Bagaimana dengan tamu undangan? Para tamu undangan yang hadir pada acara Ijab Qabul palsuku adalah aktor-aktor sewaan, beberapa anggota geng motor Jalan Darah, serta beberapa pengawal pribadi yang ditugaskan untuk menjaga kedua orang tuaku serta diriku. Salah satu di antara mereka yang turut hadir adalah Kak Tantri.
Rasa cemas dan gelisah terus-menerus menghantui selama aku dan Meneer Karim bersembunyi di rumah aman yang terletak di tengah hutan ini. Aku khawatir akan keselamatan kedua orang tuanya Meneer Karim, keselamatan kedua orang tuanya Kak Muhamed, serta keselamatan Kak Muhamed sendiri. Memang mereka bukan termasuk orang-orang yang paling diincar oleh musuh kami. Tapi musuh bisa saja menyerang atau merencanakan sesuatu untuk membahayakan mereka agar memancing kami keluar dari persembunyian.
Kak Muhamed, kedua orang tuanya Kak Muhamed serta kedua orang tuanya Meneer Karim, mereka tidak berada di sini bersama kami. Mereka bersembunyi di tempat yang terpisah. Sebenarnya aku dan Meneer Karim sudah berusaha membujuk mereka untuk bersembunyi bersama kami, tapi mereka menolaknya.
Alasan mereka menolak bersembunyi di tempat yang sama adalah, jika kami bersembunyi di satu tempat, musuh yang mengincar dapat lebih mudah menemukan keberadaan kami semua. Jika berpencar dan bersembunyi di tempat terpisah harapannya adalah, kami dapat mengecoh musuh sehingga menyulitkan mereka untuk mencari keberadaan kami.
Untuk makin menambah keamanan selama kami berada dalam persembunyian, dengan dibantu oleh kedua orang tuaku serta Kak Tantri—kami semua dibuatkan berbagai dokumen identitas diri palsu dan diberikan gawai elektronik baru yang diisi dengan nomor telepon baru yang harus digunakan untuk sementara agar keberadaan kami di dunia nyata dan maya lebih sulit dilacak oleh musuh.
Aku sangat berharap bahwa musuh yang mengincar, memakan jebakan yang kami sudah pasang dengan susah payah. Aku ingin mengetahui siapa dalang di balik rencana pembunuhan itu dan mengapa mereka tidak dapat meninggalkanku dan Meneer Karim serta orang-orang terdekat sendirian. Sehingga kami dapat melaksanakan kehidupan dengan normal.
Kehidupan normal, ya? Ah, ya! Aku rasa—aku tidak pernah memiliki kehidupan normal. Tidak seperti Meneer Karim, Kak Muhamed, keluarga mereka dan teman-temannya, aku adalah salah satu dan mungkin satu-satunya Tuan Putri dari Kerajaan Belanda yang memilih untuk menjadi seorang muslim. Heh, kalau aku ingat akan hal itu, semua hal yang aku lakukan untuk mengamankan diriku beserta keluarga, serta teman-teman jadi terasa sia-sia. Kalaupun aku menemukan siapa musuh yang terus mengincar kami, serta apa motif dibalik segala perbuatan jahat yang telah ia lakukan. Masih ada musuh lain yang akan terus bermunculan dan membuat berbagai rencana jahat untuk mencelakai, menyakiti, dan membunuh kami.
Sial, aku ingin bisa hidup bahagia dengan tenang bersama Meneer Karim. Aku ingin menjalani hari-hariku dengan tenang bersamanya, hingga kami dipisahkan dengan kematian. Aku ingin bisa melihat hari-hari yang anak-anak kami lalui dipenuhi oleh keceriaan dan kegembiraan, bukan dipenuhi dengan rasa takut dan kegelisahan. Aku benar-benar muak dengan semua ini.
"Mijn lieve? Mijn lieve? Mijn lieve? Mijn lieve Prinses[1]?"
Eh? Meneer Karim? Suaranya membangunkanku dari lamunan dan membuat tersadar, bahwa sayur sop sedang dimasak sebagai makan malam kami hari ini—sudah matang. Meneer Karim melingkarkan kedua lengannya di pinggangku, memeluk erat dari belakang dan mengajukan pertanyaannya dengan nada lembut dekat dengan telingaku.
"Ada apa Tuan Putri? Aku ngeliat kamu menitikkan air mata, itu ngebuat aku khawatir. Kalau kamu ngerasa gelisah, aku mohon tolong ceritain kegelisahanmu. Kita kan udah jadi sepasang suami-istri, jadi aku harap kamu mau ngebagi segala rasa suka dan duka sama suamimu."