Aku Tantri—Hari ini adalah acara Ijab Qabul palsu Hare Hoogheid Sofia dan Meneer Karim. Aku bersama dengan para aktor yang memerankan Hare Hoogheid Sofia, Meneer Karim beserta kedua keluarga besar mereka, dan pengawal keluarga besar Yang Mulia Raja Belanda, serta anggota geng motor Jalan Darah yang menyamar menjadi tamu undangan memenuhi rumah milik keluarganya Meneer Karim.
Acara Ijab Qabul palsu ini diadakan pada siang hari. Tujuan acara Ijab Qabul palsu ini diadakan siang hari adalah untuk menarik perhatian dan memancing musuh agar mereka keluar dari sarang, serta melancarkan serangan mereka. Akan tetapi, hingga acara Ijab Qabul palsu ini selesai, tidak terlihat ada tanda-tanda gerak-gerik dari musuh kami.
Para awak media massa yang telah berkumpul di dalam rumah Meneer Karim sedang memerhatikan, merekam, dan mendokumentasikan momen Ijab Qabul kedua aktor yang memerankan Hare Hoogheid Sofia serta Meneer Karim yang mana momen ini adalah penanda sahnya hubungan Hare Hoogheid Sofia dan Meneer Karim sebagai sepasang suami istri.
Heh, seandainya mereka mengetahui bahwa orang-orang yang berada di dalam rumah ini semuanya adalah aktor yang dipekerjakan untuk memancing musuh, sudah pasti mereka akan segera pergi dari rumah ini untuk menghindari pertempuran dan baku tembak yang akan terjadi.
Setelah prosesi Ijab Qabul selesai, kepala pengawal keluarga Yang Mulia Raja Belanda mempersilahkan awak media untuk mewawancarai Hare Hoogheid Sofia dan Meneer Karim dengan durasi wawancara selama dua jam.
Para aktor yang memerankan Hare Hoogheid Sofia dan Meneer Karim berusaha untuk memerankan peran sebaik mungkin, berusaha menjaga sifat dan sikap yang mereka tunjukan agar tetap sesuai dengan tokoh yang diperankan. Sehingga tidak ada awak media massa yang merasa bahwa orang yang mereka wawancarai adalah aktor.
Selama sesi wawancara berlangsung, aku menyempatkan diri keluar sejenak dari dalam rumah keluarganya Meneer Karim untuk mengambil udara segar, karena di dalam terasa pengap dan panas.
Saat tengah menikmati udara luar yang terasa sejuk dan menyegarkan, tiba-tiba seorang pria mendatangi dan bertanya padaku mengenai apakah rumah yang ada di hadapannya adalah kediaman keluarga Karim Dawala Sokolović beserta keluarganya atau bukan.
"Permisi bu, mohon maaf jika saya mengganggu. Saya ingin bertanya. Apakah rumah yang ada di belakang ibu adalah rumah kediaman keluarga Karim Dawala Sokolović?"
Ketika mendengar pertanyaan tersebut, pikiranku secara otomatis menaruh curiga pada sang pria dan menduga—mungkin ia adalah musuh atau memiliki hubungan dengan musuh kami.
"Iya, benar, di belakang saya itu rumahnya keluarga Meneer Karim Dawala Sokolović."
"Oh, begitu baik, terima kasih untuk jawabannya," ujarnya, lalu mulai melangkahkan kakinya menuju rumah kediaman keluarga Meneer Karim.
Saat ia akan melanjutkan langkahnya, aku pun menyusul, hendak mengetahui apa tujuannya.
"Permisi Pak, mohon maaf, saya ingin bertanya. Apa keperluan Bapak mendatangi rumah keluarganya Meneer Karim?”
"Oh, saya ingin memberikan sebuah surat yang ditulis oleh anak perempuan saya untuk Tuan Putri Sofia. Anak perempuan saya sangat mengagumi Tuan Putri Sofia, tapi dia enggak bisa dateng ke sini karena lagi sakit. Jadi dia minta ke saya buat ngasih surat yang berisi ucapan selamat buat pernikahan Tuan Putri dengan Meneer Karim. Tapi kayaknya saya enggak bisa ketemu beliau, karena keliatannya rumah beliau lagi rame sama banyak orang.—
—Kira-kira saya bisa enggak ya nitip surat ini ke penjaga-penjaga yang lagi berjaga di depan pintu gerbang rumahnya Meneer Karim?" tanyanya dengan nada khawatir.
"Bapak bisa nitip ke saya, saya pelayan pribadinya Yang Mulia Putri Sofia," ujarku padanya memberikan penjelasanku.
"Iyakah?!" tanyanya dengan nada terkejut seperti tak percaya pada jawaban yang telah kuberikan.
Aku segera mengeluarkan dompet dan menunjukkan kartu identitas yang di atasnya tertulis nama profesi pekerjaanku, yang menyatakan bahwa aku ini adalah seseorang yang bekerja sebagai pelayan pribadi Yang Mulia Putri Sofia.