Aku Tantri—sebulan telah berlalu, hari palsu perayaan pernikahan Hare Hoogheid Sofia dan Meneer Karim akhirnya tiba. Para pengawal keluarga Yang Mulia Raja Belanda beserta para anggota Geng Motor Jalan Darah dan kedua aktor yang memerankan Hare Hoogheid Sofia dengan Meneer Karim, sedang berada di villa daerah puncak bukit sekitar Kota Sucilangkung yang digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan acara tersebut. Sementara aku sedang mengemudikan sebuah mobil sedan berwarna putih yang berada di dalam rombongan barisan konvoi mobil dengan warna yang sama.
Di dalam dashboard mobil yang kukemudikan terdapat smartphone utama Meneer Karim, sedangkan smartphone utama Hare Hoogheid Sofia berada bersama aktor yang memerankannya.
Aku telah mendapat izin dari Hare Hoogheid Sofia dan Meneer Karim agar mereka mau memberikan dan merelakan smartphone utama untuk digunakan sebagai umpan memancing musuh keluar dari sarang mereka. Hal ini terjadi, karena musuh sudah melakukan intrusi dan menyadap smartphone utamaku, sehingga ada kemungkinan bahwa musuh kami telah berhasil mengetahui nomor telepon yang digunakan pada smartphone utama milik Hare Hoogheid Sofia dan Meneer Karim—yang mana nomor telepon tersebut akan digunakan oleh musuh untuk melacak lokasi keberadaan Hare Hoogheid Sofia dan Meneer Karim supaya mereka dapat melancarkan serangan.
Selain itu, di dalam mobil yang kukendarai juga terdapat dua boneka dummy manusia yang bentuk fisik dan rupa wajahnya seperti wajah Meneer Karim dan Hare Hoogheid Sofia. Kedua boneka tersebut diletakkan dalam posisi sedang duduk di kursi belakang. Kedua boneka juga memakai pakaian mempelai pria dan wanita. Fungsi kedua boneka dummy manusia tersebut adalah sebagai umpan untuk meyakinkan musuh saat mereka berusaha memastikan bahwa sosok manusia yang berada di dalam mobil yang sedang diserang adalah orang-orang yang menjadi target pembunuhan mereka.
Tadi pagi, aku berangkat bersama kedua boneka tersebut menuju lokasi konvoi mobil putih yang berisi para pengawal keluarga Yang Mulia Paduka Raja Belanda, dari tempat yang berbeda dengan tempat konvoi mobil putih tersebut berada.
Alasan mobilku pada pagi tadi berada di lokasi yang terpisah dengan lokasi konvoi mobil putih adalah untuk membuat alibi yang menunjukkan bahwa, aku selama ini terus-menerus berada bersama Hare Hoogheid Sofia dan Meneer Karim.
Selain itu, karena mobil yang kukendarai berada di tempat yang terpisah, aku dapat membuang waktu sejenak sampai waktu untukku hadir bersama iring-iringan konvoi mobil hampir tiba. Jadi saat sampai ke lokasi rombongan konvoi, aku tidak harus melakukan basa-basi dengan para pengawal dan bisa langsung berangkat bersama konvoi mobil menuju villa yang menjadi tempat diselenggarakannya acara pesta pernikahan palsu tersebut sesuai waktu yang telah ditetapkan.
Aku ingin menghindari percakapan basa-basi dengan para pengawal, karena ingin mencegah para pengawal mencurigai bahwa kedua boneka dummy manusia yang ada di kursi belakang mobil yang kukendarai bukanlah Meneer Karim dan Hare Hoogheid Sofia yang asli.
Aku khawatir saat melayani basa-basi para pengawal, mereka juga akan mengajak kedua boneka dummy manusia yang bentuknya serupa seperti Meneer Karim dan Hare Hoogheid Sofia yang asli untuk berbincang bersama. Jika itu terjadi, maka mereka akan mengetahui bahwa yang ada di dalam mobilku bukanlah Hare Hoogheid Sofia dan Meneer Karim yang asli dan itu akan menghancurkan rencana untuk mengetahui apakah ada pengkhianat di antara para pengawal atau tidak.
Saat ini, mobil yang kukemudikan sedang berjalan bersama rombongan konvoi menuju jalan keluar dari Kota Sucilangkung, mengarah ke wilayah perbukitan yang menjadi lokasi berdirinya berbagai penginapan dan hotel. Tepat sebelum kami mencapai jalan tersebut, terlihat berbagai mobil dan sepeda motor mendatangi kami dari berbagai arah.
Aku dapat melihat dari kaca spion mobil bahwa para pengendara sepeda motor tersebut beserta orang yang diboncengi memakai baju serba hitam dan topeng hitam, seperti yang biasa dipakai oleh teroris berkedok agama atau kelompok bersenjata kriminal lainnya. Di genggaman tangan mereka juga terdapat senjata api yang diarahkan ke barisan konvoi tempat mobilku berada.
Saat mereka sudah semakin dekat, aku dapat melihat nyala api keluar dari moncong senjata api mereka, rentetan suara letusan senjata api yang digunakan terdengar—beberapa peluru melesat menimbulkan banyak suara benturan yang turut membuatku tegang. Tidak hanya sampai di situ, tiga pengendara motor bahkan memboncengi tiga orang yang membawa peluncur granat yang mereka tembakan berhasil meledakkan dua mobil yang berada di belakang, serta satu mobil yang berada di depanku.
Aku sempat kehilangan fokus akibat kilatan kobaran api yang sempat membutakan mata. Namun segera berkedip beberapa kali sambil menginjak pedal gas mobil yang kukendarai, berusaha keluar dari barisan konvoi mobil pergi ke sembarang arah walau pandangan kedua mata masih cukup buram.