Antara Darah Dan Hati 2: Dream Reality Seri 4

Fahlevi Anggara Fajrin
Chapter #26

Chapter 4 Bagian 9 Interogasi Kepada Pengkhianat Yang Ditawan

Aku Tantri, berada di markas kepolisian—ruangan interogasi, pastinya sedang diinterogasi terpisah dengan kedua teroris yang berhasil ditangkap hidup-hidup akibat terkena jebakan yang aku dan Tim SWAT pasang.

Aku hanya dimintai keterangan runtutan kronologi kejadian penyerangan yang dilakukan oleh para teroris, yang mana tujuan penyerangan mereka adalah untuk membunuh Hare Hoogheid Sofia dan Meneer Karim. Selain itu, aku juga diminta untuk bercerita mengenai runtutan kronologi penyerangan yang aku dan Tim SWAT lakukan pada villa tempat perayaan pesta pernikahan palsu Hare Hoogheid Sofia dan Meneer Karim dilaksanakan.

Sesi interogasi yang penyidik kepolisian lakukan padaku berlangsung selama kurang lebih enam jam. Setelah interogasi selesai, aku diminta oleh penyidik untuk turut menyaksikan sesi interogasi yang sedang dilakukan kepada salah satu pelaku penyerangan, melalui ruang pengawas interogasi yang terdapat di markas kepolisian.

Di ruang pengawas interogasi, aku melihat pandangan mata para polisi yang bertugas mengawasi jalannya interogasi—terpaku pada beberapa layar monitor komputer yang terdapat di hadapan mereka.

Layar monitor komputer yang mereka gunakan menunjukan visualisasi gelombang suara, gambar rekaman kamera yang terpasang di ruang interogasi, serta beberapa foto yang sepertinya diambil dari lokasi TKP pertempuran dan di depan monitor komputer-komputer tersebut terdapat kaca satu arah. Kaca itu berfungsi sebagai, cermin di sisi satunya dan berfungsi sebagai jendela di sisi yang lain. Ruang pengawas interogasi sangat gelap, hanya terdapat cahaya lampu meja yang menerangi. Di sini juga sangat sunyi, tidak ada suara yang dapat masuk ataupun keluar dari ruangan yang kedap suara ini.

Kepala sang pelaku penyerangan terlihat tertunduk, pandangan kedua matanya menatap meja yang menjadi tempat kedua lengannya terborgol—bersandar. Hening dan sunyi, itulah suasana yang sedang memenuhi ruangan interogasi dan ruangan pengawas. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut orang-orang yang berada di ruangan ini. Sang pelaku yang juga ditemani oleh seorang pengacara yang turut berada dalam ruang interogasi pun, masih diam membisu.

Apakah ia sedang menggunakan haknya untuk tetap diam atau dia ragu-ragu untuk memberikan jawaban? Entahlah, yang aku tahu sekarang adalah pertempuran psikis sedang berlangsung antara sang pelaku dengan sang penyidik. Pelaku itu beruntung, karena ia memiliki pengacara. Jika tidak, mungkin dia akan memberikan pengakuan lebih cepat karena tekanan psikis yang penyidik berikan dengan disuguhi pertanyaan secara bertubi-tubi.

Aku bertanya pada penyidik yang memintaku untuk melihat proses berlangsungnya sesi interogasi ini, mengenai apakah aku dapat mengajukan pertanyaan pada salah satu pengawas terkait—’apakah pertanyaan mengenai siapa orang yang memberikan perintah padanya dan teman-temannya untuk menyerang konvoi mobil, serta villa tempat diadakannya pesta perayaan pernikahan Hare Hoogheid Sofia dan Meneer Karim berlangsung’, sudah diajukan dan dijawab oleh pelaku atau belum?

Sang penyidik mempersilahkan ku untuk bertanya pada salah satu pengawas. Aku berjalan ke depan, kemudian berhenti di belakang salah satu kursi pengawas.

"Permisi Pak, saya ingin bertanya. Apakah pertanyaan mengenai ‘identitas orang yang memberikan perintah pada sang pelaku dan teman-temannya, untuk menyerang konvoi mobil serta villa tempat dirayakannya pesta pernikahan Hare Hoogheid Sofia dan Meneer Karim’, sudah diajukan atau belum?"

"Iya, kami juga nunggu jawaban dari pertanyaan itu. Tapi dia masih belum ngasih jawaban sampe sekarang," jawabnya.

Sang pelaku masih tetap diam tak bergeming, hingga akhirnya memecah keheningan. Ia memberikan jawabannya.

"Saya tahu, pengurangan masa hukuman yang telah Anda tawarkan, jika saya mau bekerjasama dan memberitahu Anda siapa orang yang telah menyuruh saya beserta rekan-rekan saya untuk menyerang konvoi mobil dan villa tempat dirayakannya pesta pernikahan Karim dan Putri Sofia—hanyalah omong kosong belaka. Tapi Anda sudah menyita smartphone saya dan smartphone milik teman saya. Jadi cepat atau lambat identitas orang yang memberikan kami perintah untuk melakukan penyerangan itu, pada akhirnya bakal ketahuan juga.—

—Yah, Putri Sofia dan Karim juga sudah berhasil saya dan teman-teman saya bunuh. Jadi tidak ada lagi yang harus disembunyikan. Hanya saja, saya rasa enggak akan menyenangkan kalau identitas pemimpin kami langsung diberitahu pada kalian. Jadi, ini petunjuknya. Pemimpin kami adalah bagian dari salah satu keluarga Bangsawan Belanda yang mana salah satu anggota keluarga bangsawan tersebut pernah menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1930-an. Hanya itu yang akan saya beritahu kepada Anda, saya enggak akan buka mulut lebih jauh," ujarnya memberikan penjelasan pada sang penyidik.

Lihat selengkapnya