Kedua baton yang dimiliki oleh kedua petugas schutterij tadi kubawa masuk menuju tempat di mana anjing-anjing liar itu berada secepatnya. Sesampainya di sana, aku pun memasukkan jari telunjuk dan jempolku ke dalam mulutku lalu meniupnya untuk membuat siulan dalam rangka memanggil mereka. Empat hari terakhir, aku telah melatih anjing-anjing itu bersama Ilya dan Muhamed agar mereka lebih jinak dan menuruti perintah kami. Beberapa di antara mereka datang lalu mengerumuniku. Aku melumuri kedua baton itu dengan bumbu rendang dari bekal yang belum kumakan dan melapisinya dengan makanan anjing kering yang kubawa.
“Kom.[1]”
Mereka mendatangi kedua baton petugas schutterij itu lalu memakan makanan yang ada di permukaannya dengan lahap sampai habis. Mereka menggonggong bahagia kemudian menghampiriku. Aku mengusap kepala mereka lalu menyuruh mereka pergi.
“Ga.[2]”
Mereka semua pergi menjauh dariku, kembali ke alam liar. Aku memakai sarung tangan skating lalu mengambil kedua baton itu, membawanya kembali secepat mungkin ke tempat kedua petugas schutterij tadi pingsan.
Mereka berdua masih pingsan. Aku meletakkan kedua baton itu di sembarang arah yang dekat dengan tubuh mereka berdua lalu berlari kembali masuk ke dalam jalan pintas.
Sesampainya di tempat yang kuanggap cukup aman, aku berusaha menghubungi Ilya, Muhamed, ataupun Sofia. Namun, tidak ada jawaban bahkan setelah dua puluh menit berlalu. Itu membuatku khawatir hingga aku mendapat pesan dari Ilya.