Aku, Ilya Kozlovsky, sahabat Muhamed dan Karim. Mendengar kabar bahwa mereka telah ditangkap oleh aparat keamanan membuat darahku mendidih. Mereka bilang hanya diperiksa, nyatanya, saat mengunjungi mereka ke penjara terlihat banyak memar di wajah mereka.
Setidaknya, keadaan tidak seburuk itu karena mereka mendapat pengacara dari Sofia. Itu hal baik. Namun, tetap saja aku benci ketika Sofia disebut sebagai inlanders hoer (pelacur pribumi) oleh anggota parlemen dari partai sayap kanan hanya karena menyatakan dukungannya pada hak kaum pribumi.
Sofia bukan pelacur, aku mengakuinya. Aku melakukan hal keji kepadanya hanya karena aku ingin dia berani melakukan tindakan yang benar, apalagi dia merupakan salah satu calon penerus takhta Kerajaan Belanda. Hanya saja, kalau sudah begini, tidak ada cara lain. Sebelum melakukan ini, sebaiknya kutanya dahulu beliau. Aku juga tidak ingin reputasinya hancur karena dia merupakan gadis baik. Jika dia setuju, aku akan melakukannya.
Aku membuka WhatsApp, langsung menuju kontaknya.
“Hare Hoogheid, goedendag, maaf kalau saya mengganggu. Ini saya Ilya jika masih ingat. Sebelumnya, saya ingin minta maaf atas apa yang telah saya lakukan pada Hare Hoogheid. Saya tau saya salah, saya hanya ingin membuat Hare Hoogheid jadi sosok gadis yang lebih pemberani dan teguh pendirian dalam mengambil keputusan. Jika Hare Hoogheid enggak mau bicara sama saya enggak apa-apa, tapi ini menyangkut masalah Karim dan Muhamed. Jadi, saya mohon agar seenggaknya Hare Hoogheid mau membicarakan perihal ini sama saya. Terima kasih atas perhatian Hare Hoogheid.”
Beberapa jam setelah mengirim pesan itu, smartphone-ku bergetar. Aku mengecek isinya dan mendapat balasan darinya. Aku membukanya.