Derasnya hujan siang ini membuatku terpaksa merogoh kocek lebih banyak untuk menggunakan GoCar agar aku bisa sampai ke penjara sesegera mungkin untuk menemui klienku.
Sembari mobil melaju, aku membaca buku saku catatanku seputar hukum pidana untuk menyegarkan ingatanku. Di tengah kesibukanku membaca, aku mendapat pesan dari seorang pengacara publik yang bersedia bekerja sama denganku, seorang teman lama, alumnus Leiden Universiteit. Dia juga seorang pengacara yang tergabung dalam organisasi dengan tugas membersihkan dan membela nama baik seorang tersangka yang tidak terbukti melakukan tindakan kriminal apa pun. Chandra namanya.
Dia menghubungi setelah aku mengirimkan pesan kepada kawan-kawan lamaku, memohon bantuan mereka untuk menjadi pendamping kasus yang kuambil.
Aku memaparkan bukti yang kudapatkan dari klienku. Sejauh ini, karena bukti yang ada menunjukkan dia tidak bersalah, Chandra bersedia membantuku.
Aku sampai di penjara, turun dari mobil, kemudian menuju lobi dan bertemu dengan Chandra, berbasa-basi sedikit dengannya kemudian aku izin kepadanya untuk menemui klien kami. Aku diperiksa oleh sipir sebelum masuk ke ruang sel tempat klienku dikurung. Sipir penjara membuka sel penjara, lalu aku masuk menemuinya.
“Kamu Karim Dawala Sokolovich?”
Dia hanya mengangguk dengan lemas. Keadaannya buruk sekali. Ada beberapa memar di wajahnya. Apa dia berkelahi dengan napi lain? Aku rasa tidak mungkin. Muhamed bilang, mereka berdua pendiam selama di penjara. Bahkan, kata Hare Hoogheid, sipir juga menyatakan hal yang sama.
“Saya pengacaramu, Ilhan Dervišhalidovic. Saya ke sini sama temen saya, Chandra Marshanda, yang bakal jadi pengacara pendamping saya.”
“Ya, bagus kalau gitu.”
“Kamu kenapa memar? Berantem sama napi lain atau dipukulin sama penyidik?”
Dia hanya tersenyum sinis kepadaku.
“Saya denger kamu nolak ngakuin apa pun. Itu bagus. Kamu hebat bisa bertahan kayak gini.”
“Yah, kayaknya penyidik di sini punya ketertarikan sama kelainan saya, jadi mereka suka mukulin saya buat ngelihat seberapa lama saya bakal bertahan.”