Antara Darah Dan Hati 2 Seri 1

Fahlevi Anggara Fajrin
Chapter #31

Chapter 5 Bagian 4 "Pemaparan Barang Bukti I"

Lima belas menit berlalu. Setelah berdiskusi dengan Chandra, kami memutuskan sudah saatnya untuk adu argumentasi mengenai bukti yang ada dan memanggil saksi.

Sidang dilanjutkan. Ketua hakim menanyakan kesiapan kami lalu melanjutkan dengan permintaan Ludwig untuk memanggil saksi.

“Saya ingin memanggil saudara dr. Budi Satrio untuk bersaksi.”

“Saudara Budi, apakah Anda berkenan untuk bersaksi di bawah sumpah?” tanya hakim ketua.

“Ya, Yang Mulia, saya bersedia.” Dia maju ke tengah ruang sidang dan disumpah, lalu Ludwig dipersilakan untuk menanyainya.

“Dokter Budi Satrio, Anda dokter medis yang bekerja di sini?”

“Ya, benar.”

“Apa pekerjaan Anda di kepolisian dokter? Apakah Anda hanya bekerja sebagai dokter yang bekerja untuk merawat napi yang sakit di penjara atau Anda bekerja membantu tim forensik untuk memeriksa dan mengambil bukti-bukti tertentu yang mungkin terdapat di tubuh terdakwa?”

“Ya, saya melakukan kedua pekerjaan itu.”

“Apakah Anda pernah memeriksa tubuh terdakwa Saudara Karim?”

“Ya, pernah.”

“Apakah Anda membawa bukti catatan medisnya beserta bukti tambahan untuk catatan organ kelaminnya?”

“Ya, ada.”

“Anda keberatan untuk memberikan salinannya pada saya untuk saya bagikan pada para hakim?”

“Tidak, silakan diambil.” Dia menyodorkan salinan catatan medis Karim dan pemeriksaannya, kemudian aku membagikannya kepada para hakim dan jaksa penuntut umum.

“Berdasarkan apa yang tercatat dalam hasil pemeriksaan medis ini, dinyatakan bahwa Saudara Karim masih perjaka, benar?”

“Ya, dia masih perjaka.”

Ludwig lalu menunjukkan beberapa potongan berbentuk gambar dari video asusila itu.

“Menurut Anda, apakah yang ada di dalam gambar tersebut memiliki ciri fisik yang sama seperti Saudara Karim?”

Dokter Budi berusaha melihat dengan saksama. Dia menyipitkan matanya yang dipenuhi keriput itu.

“Dari pandangan saya, sepertinya ciri fisik orang yang ada di gambar cukup mirip dengan Saudara Karim.”

“Lantas, kenapa dari catatan hasil pemeriksaan medis yang sudah Anda lakukan, Anda dapat mengambil kesimpulan bahwa dia masih perjaka jika menurut Anda pemeran dari gambar yang ada di layar proyektor LCD ini adalah Saudara Karim?”

“Karena itu memang kenyataan yang saya dapat berdasarkan hasil pemeriksaan saya.”

“Apakah kondisi mata Anda masih baik atau sudah mengalami kondisi tertentu, Dokter Budi? Mohon maaf sebelumnya jika saya menyinggung ini, tapi dari bentuk fisik Anda, Anda terlihat seperti seseorang yang sudah tua dan renta.”

“Keberatan, Yang Mulia!” ujarku.

“Ditolak.”

Ah, mereka benar-benar berusaha memojokkan kami!

“Ya, saya mengakuinya, saya memang sudah tua, mata saya mengalami masalah. Namun, sebagai seorang dokter profesional yang sudah bekerja selama bertahun-tahun menekuni profesinya, saya selalu berusaha bekerja sebaik mungkin karena dokter seperti saya juga disumpah.”

“Apakah Anda yakin Anda tidak melakukan bias selama memeriksa Saudara Karim? Berhubung, mohon maaf, saya menyinggung ini, tapi Anda dan dia adalah kaum pribumi dan bisa saja Anda melakukan bias saat memeriksa Saudara Karim untuk menyelamatkannya dari kejahatan yang ia sebenarnya lakukan.”

“Keberatan!”

“Ditolak.”

Keparat kurang ajar! Sudah disuap seberapa banyak para hakim ini?

“Saya sudah disumpah sebagai seorang dokter untuk menyelamatkan nyawa manusia. Nyawa manusia yang berarti tidak membedakan siapa yang saya selamatkan, apa pun agama maupun warna kulitnya, termasuk dengan mengambil data sebenar-benarnya, data tanpa mengubah isinya.”

Lihat selengkapnya