Sembari menunggu jawaban dari Ilya mengenai keberadaan Chandra, kami mengitari kota, berkeliling untuk menghindari tindakan mencurigakan yang dapat membuat gerak-gerik kami dicurigai sekaligus memeriksa apakah kami diintai dan diikuti jejaknya atau tidak.
Setelah satu setengah jam berlalu dan Sofia mengutak-atik smartphone-nya, akhirnya dia mendapat jawaban dari Ilya.
“Pak Ilhan, ini jawaban dari Kak Ilya. Dia bilang HP Bu Chandra mati, jadi ngelacak keberadaan persisnya dia kemungkinannya kecil. Selama menghilang, dia dibawa ke beberapa titik di kota yang kalau kita ikutin jejaknya, paling mentok kita cuma bakal dapet keberadaan HP-nya karena kita ngikutin jejak HP-nya yang mati, bukan orangnya.”
“Iya, enggak papa, paling enggak kita dapet petunjuk.”
“Tuan Wisnu, kebut.”
“Siap, Hare Hoogheid.” Pak Wisnu menancap gasnya dan mengemudi layaknya pembalap jalanan. Dia juga mengemudi melewati jalan sepi maupun gang sempit guna menghindari lampu merah.
Kami sampai di titik pertama, titik yang paling dekat dengan keberadaan kami. Restoran waralaba cepat saji McDonald’s yang buka 24 jam. Aku keluar bersama Sofia menuju pegawai kasir. Sofia memperkenalkan dirinya pada pegawai kasir yang tentu saja mengetahui siapa dirinya lantaran headline berita. Dia meminta izin pada pegawai kasir ingin menemui manajernya, pegawai kasir itu kemudian membawa kami menuju kantor manajer. Dia mengetuk pintunya.
“Ada apa?”
“Permisi, Pak, ini ada Hare Hoogheid mau bicara sama Bapak. Ada yang mau dia tanyain.”
“Hare Hoogheid siapa?”
“Sofia van Amsberg sama dua orang pria yang namanya Ilhan, kuasa hukum terdakwa Karim, dan Tuan Wisnu, sopirnya Hare Hoogheid Sofia.”
“Wah, iya, iya. Sebentar!”
Beberapa saat kemudian, dia membuka pintunya.
“Welkom, Hare Hoogheid en Mijnheren.[1] Silakan duduk,” sapanya. “Ada kehormatan apa hingga saya mendapati kalian sebagai tamu saya?”
“Jadi, temen pendamping Pak Ilhan, namanya Bu Chandra, menghilang dan kami enggak tau keberadaannya di mana. Kami udah lapor polisi, cuma kelanjutan laporan kami diproses atau enggak, kami enggak tau. Jadi, kami ngelakuin pencarian independen,” ujarnya dengan sedikit berbohong bahwa kami telah melaporkan Chandra yang menghilang ke kepolisian.
“Kami ke sini mau minta tolong sama Bapak buat ngelihat data pegawai yang bekerja di shift jam dua belas malem sampe jam setengah tiga dini hari tadi. Juga minta tolong sama Bapak buat ngubungin mereka satu per satu buat bantu kami tanyai mengenai Bu Chandra, apa dateng ke sini atau enggak, atau ada hal-hal tertentu yang kelihatannya janggal pas jam-jam segitu.”
“Ah, ya, sebentar. Saya ambil data jadwal pegawai yang kerja di jam itu sama saya tanyain mengenai apa ada sesuatu yang aneh-aneh di jam-jam segitu.”
“Kami juga mau minta kontak Bapak sama minta tolong Bapak buat screenshot setiap jawaban dari setiap pegawai yang Bapak hubungin kalau Bapak mau berbaik hati.”
“Ya, saya mau, tapi Hare Hoogheid tau, kan, buat ngubungin seseorang melalui medsos makan biaya data HP dan internet? Jadi, sekiranya Hare Hoogheid berbaik hati, mau enggak Hare Hoogheid bayarin biaya data HP sama internet saya?”
“Ya udah, tolong tulis nomor rekening Bapak di aplikasi Note HP saya sama jumlah uang yang Bapak mau.”
Orang ini benar-benar tamak! Bahkan, untuk bantuan kecil saja dia memasang harga? Lebih buruknya, dia memasang harga pada tuan putri kerajaan? Dasar tidak tahu malu!
Orang itu mengembalikan smartphone Sofia.
“Udah saya kirim, Pak. Saya harap Bapak ngelakuin apa yang Bapak bilang ke saya.”