Antara Darah Dan Hati 2 Seri 1

Fahlevi Anggara Fajrin
Chapter #39

Chapter 6 Bagian 5 "Kepergian Chandra"

Kami sampai di kos-kosan Ilya. Aku dan Sofia masuk ke dalam, sedangkan Pak Wisnu menunggu di luar. Sofia mengetuk pintu kamar Ilya.

Broer Ilya, excuseer me, ik ben het, Sofia.[1]

“Ya, sebentar.” Ilya membuka pintu kamarnya yang terkunci.

“Ayo, masuk!” ujarnya. “Jadi, gimana hasil pencarian kalian?”

“Saya ketemu ini,” jawabku sambil merogoh tas selempangku kemudian memberikan smartphone milik Chandra kepadanya setelah kami semua duduk di lantai.

“Ini ketemunya di mana?”

“Waktu kamu kasih ke kita denah jejak smartphone Bu Chandra udah ke mana aja waktu dibawa, terakhir dia ada di Hotel Savoy. Manajernya bantuin kita nyari data berkas tamu sama cuplikan gambar keamanan CCTV yang ada, termasuk di kamar tempat Chandra sama tiga orang pria dateng nyewa kamar itu. Cuma, di daftar orang yang nyewa kamar, kamar itu enggak disewa atas nama Chandra, tapi atas nama Gerda van Lynden.”

“Ya. Mengenai itu, waktu saya cek orang yang namanya Gerda van Lynden dari file yang kalian kirim pake pencocokan data arus keluar masuk media sosial, telepon, SMS, GPS, aplikasi kendaraan online, sama booking penginapan online. Orang yang namanya Gerda van Lynden tinggal di kota ini dan booking Hotel Savoy, wajahnya di data kependudukan mirip sama satu orang yang kerja di kepolisian. Dia punya banyak alias, waktu saya cek lebih dalem di pusat data kependudukan sipil, nama samaran sama aliasnya banyak banget. Dia punya banyak identitas palsu di tempat-tempat yang beda. Kayaknya, personel polisi satu ini bukan polisi biasa kalau dia punya banyak identitas palsu yang bisa dia pake buat nyamar ke mana-mana.”

“Jadi, Chandra udah mati, ya?” tanyaku dengan nada pesimis, memberi tahu pada diriku sendiri kemungkinan terburuk yang terjadi.

Tiba-tiba Ilya mengatakan sesuatu, “Lantas, kalau Bu Chandra udah mati, Bapak bakal diem gitu aja dan enggak mau coba nyari tubuhnya ada di mana?”

Aku diam tertegun mendengar pertanyaannya.

“Seenggaknya, kalau kita nemu tubuhnya, dia bisa istirahat dengan tenang. Lagian, itu, kan, baru asumsi Bapak. Kita enggak akan tau sampe kita nemu jawabannya. Toh, saya juga belum ngecek smartphone Bu Chandra, kan?”

Aku mengangguk.

“Tunggu sebentar, saya bakal coba buka smartphone Bu Chandra, ini enggak lama.” Dia menancapkan kabel USB ke dalam komputernya dan memasangnya dengan smartphone milik Chandra, berusaha meretas sistem keamanannya. Butuh beberapa puluh menit sebelum dia berhasil membukanya.

“Udah kebuka. Saya tadi cek file yang ada di dalemnya terus nemu video ini,” ujarnya, lalu memperlihatkan apa yang terdapat di layar komputernya pada kami. Video itu memiliki judul aneh yang terdiri dari angka dan nomor acak. Kode cipher?

“Mengenai judul videonya, itu kode cipher. Saya tadi nyoba mecahin artinya terus dapet koordinat ini yang kalau kita masukin ke peta Google Maps bakal ngarahin kita ke sini,” lanjutnya memperlihatkan hasil pencarian Google Maps berdasarkan koordinat yang dia berhasil temukan. Koordinat itu mengarahkan kami ke sebuah tebing. Apa Chandra dibunuh? Atau, disekap di sana?

“Kalau Bapak mau nyari keberadaan Bu Chandra, ada baiknya Bapak ngajak saya. Saya tau saya kelihatan cuma kayak anak kuliahan biasa. Tapi, berhubung keadaannya kayak gini, saya bersikeras Bapak ngajak saya buat ikut nyari Bu Chandra. Ini untuk persiapan andaikan Bapak butuh otot tambahan buat ngelawan siapa pun keparat yang nunggu kita di situ.”

“Tunggu dulu, kita belum lihat isi videonya.”

“Isi videonya udah saya periksa. Cuma suara yang didistorsi yang kalau berhasil dapet versi bersihnya isinya suara laki-laki dewasa seumuran Bapak ngucapin pepatah Belanda yang bunyinya nood breekt wet[2]. Kalau enggak percaya, silakan lihat sendiri, nih.” Ilya memutar videonya.

Sesuai apa yang dia katakan, isi video itu hanyalah layar hitam berisi suara yang didistorsi yang versi bersihnya adalah pepatah Belanda yang dia sebutkan.

“Baik, Ilya. Ayo, ikut kami!” sahutku semangat.

Dia segera mengenakan celana panjang dan hoodie-nya kemudian kami semua keluar dari kamarnya, kembali menuju mobil dan masuk ke dalam.

Lihat selengkapnya