"Hai teman-teman, ketemu lagi dengan saya di episode kedua kali ini. Tim kami sudah mengundang lawan kak Nadhif, yakni perundungnya ya. Permisi ya Kak. Di depan saya ini adalah Kak Bima, alumni yang kemarin diceritakan oleh Kak Nadhif. Halo Kak Bima." Sapa Argi kepada penonton dan narasumbernya.
"Halo. Memang saya dulu begitu ya ke Nadhif." Terang Bima, kamera menyorot wajahnya yang tersenyum ramah. "Tapi sekarang sudah sahabatan. Saya juga tertarik belajar tinju profesional dan latihan di rumahnya Nadhif. Jadi, saya rasa, diri saya yang dulu dengan sekarang sudah beda jauh."
"Begini kak, kami ingin tahu waktu itu, gimana sih pribadi Kak Bima sampai suka mem-bully gitu?"
"Iya, itu sih yang diingat oleh teman-teman soal aku ya." Bima mengakuinya, dengan wajah yang tampaknya ikhlas menyampaikan itu. "Aku yang pemarah, suka berkelahi, gak suka sama pak Zaifan selaku guru BK. Juga banyak yang tahu, bagaimana hubunganku dengan ibu sendiri."
"Sebelum berangkat kesini, aku sudah pamitan. Biasanya sih enggak ya, apalagi dulu-dulunya. Aku sudah bilang ke ibu saya juga, untuk nonton kanal ini kalau bisa subscribe sekalian."
Bima menatap kamera sebelum melanjutkan bicaranya. "Semoga ibu jadi nonton dan maafkan Bima yang dulu. Saya cinta keluarga"
Argi mendapatkan arahan dari tim di luar kamera, sebuah narasi yang harus ditanyakan. Argi melirik tulisan itu supaya fokus pada topik. "Baik kak, ini kita kan lagi ngobrol soal jasa guru BK kepada kita. Nah, apa saja pengalaman menarik yang Kak Bima dapatkan selama sekolah di SMP Insan Utama waktu itu?"
"Ya, banyak sih. Terutama sebelum guru BK, ini juga berkat Vero ya. Dia sahabat yang memiliki sifat yang lebih baik dariku, dan mempengaruhiku untuk hidup lebih baik. Dialah yang memintaku agar ikhlas ketemu guru BK dan cari tahu bagaimana cara aku tidak membenci ibuku."
"Oh jadi karena sahabat ya. Terus, kalau sama guru BK, Kak Bima diapakan nih sampai berubah kalau boleh tahu?"
"Sepertinya itu hipnotis." Bima menduga-duga. Ia memegangi dagu menganalisa kejadian itu. Sejurus kemudian ia mengangkat pundaknya. "Kurang tahu sih, tapi itu benar-benar bisa mengungkapkan perasaan terpendam saya. Em, bisa dibilang sugesti dari Pak Zaifan bisa mengubah dendam jadi meredam dan menghilangkan kebencian. Agar saya memaafkan masa lalu ibuku. Kira-kira seperti itulah."
"Gimana sih rasanya dihipnotis? Jujur saya sendiri belum pernah merasakan hal itu." Argi tersenyum ke Kak Bima. Berharap sang tamu bercerita lebih karena rasa penasarannya.
"Walaupun kamu penasaran, saya tidak bisa cerita gimana rasanya, Gi. Aku saja kayak ada di dimensi lain tapi itu tampak nyata. Yah, tidak bisa dijelaskan secara akal."
Argi mencari topik lain. "Katanya, Kak Ilham pernah berkhianat kepada Kak Bima? Itu dalam hal apa?"
"Mending kalau soal berkhianat, biar Ilham saja deh yang diwawancarai. Kan gak enak gosipin dia, lebih baik klarifikasi ke dianya."
"Oke. Kami coba undang Kak Ilham setelah episode ini. Kalau Kak Bima sendiri, kira-kira bisa menceritakan tidak? Kejadiannya soal kak Ilham, Kak Vero dan guru BK versi sudut pandang Kak Bima sendiri."
"Bisa." Respons darinya. "Berawal dari ruang BK, ketika aku kalah dari Nadhif ya. Sejak itu aku tambah benci guru BK. Aku menaruh dendam waktu itu. "
"Waduh, gokil. Sampai dendam segala." Tanggap Argi memancing Bima bercerita lebih. Selama rekaman dimulai, Bima tidak terlihat sosok pemarahnya. Dia betul-betul sudah berubah, jadi orang yang terbuka dan ramah. Kamera sedang menyorotinya, sejak dirinya siap bercerita.
***