Antara Kamu dan Guru BK

Mustofa P
Chapter #8

Klarifikasi Terbesar: Kami Tidak Pacaran

"Halo, semua. Saya sebagai host "Antara Kamu dan Guru BK", di episode kali ini mengundang bintang tamu. Di depan saya ini sudah ada orangnya. Namanya Kak Vero. Minggu lalu mulai dari episode pertama yaitu Kak Nadhif, nama Vero sudah disebut-sebut. Sama Kak Bima dan Ilham juga masih disebut-sebut. Oleh karena penasaran, akhirnya kru jurnalis kanal Youtube Jus.IU berusaha mengundangnya. Lebih tepatnya kami memaksa narasumber untuk datang di studio sore ini."

"Nah, selamat sore Kak Vero. Terimakasih sudah hadir di studio ini." Sapa Argi direspons dengan anggukan dan senyumnya.

"Perlu diketahui nih untuk teman-teman," Argi menyapa penonton kanal Jus.IU yang mencapai ratusan ribu pengunjung itu. "Bahwa Kak Vero ini merupakan siswa teladan di angkatannya, dibidang akademik pencapaiannya tinggi. Dibidang muatan lokal dan juga anggota ekskul qur'an, Kak Vero mendapatkan sertifikat langsung dari salah satu anggota kementrian agama atas capaiannya menghafal Al Qur'an 30 Juz. Waw!"

Kamera menyorot ekspresi wajah Vero. Tampak datar saja wajahnya, meski sedang menyibakkan senyum. Tiada tanda-tanda jumawa. Pakaiannya batik, berlengan panjang. Ia memangku tangan di atas meja. Seperti ciri-ciri murid patuh, semisal guru meminta murid tidak bergerak jika ingin keluar kelas lebih dulu ketimbang lainnya. Terlihat dirinya memakai arloji di tangan kiri, arloji yang sama dengan milik Aqila. Satu kata yang sedari tadi ia ucapkan hanya, "Halo." Sisanya hanya Argi yang berbusa.

"Siswi teladan, diwakili oleh Mbak Aqila dengan skor rata-rata nilai hampir sama. Keduanya sama-sama penghafal, mendapatkan sertifikat 30 Juz sama dengan Kak Vero."

"By the way, bagaimana menurut Kak Vero, perasaannya jadi siswa teladan?" Tanya Argi antusias ingin tahu.

"Saya sangat bersyukur sekali. Bisa setara dengan Aqila, dalam hal akademik maupun agama." Jawabnya singkat.

Merasa jawabannya singkat, Argi langsung mengarah ke pertanyaan lainnya. "Oh iya Kak, kami berharap Kak Vero klarifikasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. Menurut gosip yang beredar, Kak Vero pacaran diam-diam dengan Mbak Aqila. Apakah betul?"

"Itu tidak benar. Kasihan Aqila, dia cewek yang salihah. Gak mau yang begituan, terus dibilang pacaran denganku. Aku sangat menjaga kehormatannya. Dia sahabatku sejak kecil. Dan aku memang sering diduga begitu kan, kalau ketemu Aqila."

Argi membenarkan. "Iya, aku juga sempat menduga seperti itu lho Kak. Beberapa kesempatan aku juga main sama Kak Vero, dan setiap mengantarmu ke sekolah putri untuk pinjam novel kukira karena ada hubungan spesial, begitu."

"Iya, aku tahu. Dikiranya kami berpacaran. Kalau pun ada orang yang memergoki kita di bioskop, atau aku pas di rumahnya Aqila buang sampah, ya asal tahu saja. Aku ke rumah Aqila gak sendiri, sama keluarga juga. Soalnya orang tua kami itu sahabatan sejak bujangan. Nonton film juga ditemani keluarga besar kami masing-masing. Tidak ada yang perlu dicurigai, apalagi jadi gosip hampir setahun. Untungnya Aqila tidak tahu, ya. Jadi dia kan tidak perlu malu."

"Tapi Kak Vero sendiri digosipkan senang tidak?"

"Kalau soal dijodoh-jodohkan suka, karena walaupun Aqila cewek yang anti pacaran tetap saja pernah kutembak. Jadi jujur dalam hati ya senang, ketika gosip itu beredar. Lain lubuk lain ilalang. Hatiku senang, tapi kalau sampai Aqila tahu belum tentu dia senang."

Argi menemukan topik itu. Terdengar tadi Vero sempat menyatakan cinta. "Mas sempat nembak sahabat sendiri?"

"Tiga kali, Gi." Jawabnya memanggil sapaan sang host.

"What? Tiga kali menembak? Kak Vero tidak diterima cintanya oleh Mbak Aqila berarti?" Argi kaget secara natural. Ia menoleh kearah kameramen dan penulis alur wawancara di sebelah kamera. Tidak menyangka sampai tiga kali tembakan, ditolak, tidak kapok juga. Pada intinya, klarifikasi Vero menyatakan bahwa kedua alumni sebagai siswa teladan itu tidak pacaran. Namun sempat nembak hingga ditolak tiga kali.

***

Vero dan Aqila merencanakan pertemuan ‘unik’ itu. Pasalnya, Vero hendak menembak kali ketiga kepada sahabat sejak kecilnya. Pertemuan mereka direncanakan di suatu tempat, tidak ada yang tahu. Surat-suratan biasanya diselipkan dalam pinjam meminjam novel, waktu itu surat diselipkan di Bumi Manusia. Novel yang suka dibaca Vero itu milik Aqila. Saat dikembalikan, Vero berangkat ke kampus putri bersama Argi. Tiada yang tahu, didalam novel diselipkan surat agar Aqila dan Vero bisa ketemuan.

Pertemuan diatur di rerimbunan pohon jauh dari sekolah. Aqila tahu letak koordinatnya. Banyak semak-semak tumbuh liar menjuntai. Tempat pepohonan rimbun itu jarang dilewati orang. Sempat marahlah Aqila kepada Vero.

“Kamu gila ya!? Kalau dua orang bukan mahrom berduaan, ketiganya setan." Seru Aqila kesal, marah, heran.

Lihat selengkapnya