Program kunjungan rumah, home visit, wali kelas dan guru BK adalah salah satu program unggulan sekolah. Banyak sekolah yang melakukan kunjungan rumah, tapi bedanya tidak mencantumkan program itu dalam pamflet promosi sekolah. Home visit jadi daya tarik orang tua memasukkan anaknya ke SMP Insan Utama. Tujuan home visit itu sendiri agar terjadi koordinasi, antara guru dengan orang tua. Mengenai persoalan Wira dan Argi, pak Maftuh dan pak Zaifan janjian bertemu orang tua yang bersangkutan di rumah pada hari Minggu. Wali kelas mengorbankan waktu keluarga, istrinya menggerutu sedangkan anaknya merengek-rengek. Berbeda dengan guru BK, tak masalah berkunjung karena masih jomlo.
* * *
Rumah Wira berada di tengah rumah-rumah warga. Tidak seperti perumahan, dimana bentuk rumah kanan kiri hampir sama; rumah Wira berdempetan dengan rumah warga lain yang ukuran dan luasnya bervariasi. Tetangga mengira suara knalpot dua pemuda ini adalah tamunya. Tetangga sampai keluar rumah ingin tahu. Kedua pemuda ini memakai kemeja rapi, bersepatu. Pasti dugaan tetangga, mereka rentenir. Dua sosok itu asing bagi tetangga, barangkali lintah darat yang mencari mangsa. Di depan teras rumah, Bu Wira menyambutnya dengan ramah. Ibu Wira mengizinkan keduanya masuk ke ruang tamu.
Tetangga yang mulai berdesas-desus, mengira Bu Wira sedang terlilit utang, atau sekadar mangsa baru bagi kedua pemuda yang mirip pegawai Bank itu. Warga jadi ingin mengerumuni rumah Wira, seperti sedang ada acara reality show di dalam ruang tamu.
Wira baru datang, meminta izin menerobos kerumunan. "Permisi, permisi." Ucapnya sambil menuntun sepedanya.
"Siapa mereka Wir?" Tanya salah satu ibu-ibu di kerumunan.
"Wali kelas sama guru BK. Mau kasih sumbangan." Jawabnya singkat, menerobos kerumunan ibu-ibu itu. Keterangan Wira ke salah satu warga membuat yang lain menyerbu ibu-ibu tadi. Setelah itu, kerumunan buyar. Hasil kerumunan, ada info beda-beda tipis. Kedua orang itu guru Wira, mau memberikan sumbangan. Enak, anak yatim yang sekolah di sana malah dibayar. Begitulah gosip beredar yang melesat cepat. Padahal gurunya belum lama duduk dan menyeruput teh yang disuguhkan.
Wira masuk ke dalam ruang tamu mengucapkan salam. Didengarnya sekilas, ibunya sudah bincang-bincang dengan gurunya, sebelum menjawab salam.
"Habis sepedaan Wir?" Tanya pak Maftuh mengakrabkan diri. "Iya," jawab Wira lalu menyalami ketiganya. Sejurus kemudian ia duduk di samping ibunya. Setelah obrolan ramah tamah terhenti perlahan, pak Maftuh mulai menyampaikan inti kedatangan.
"Kedatangan kami kemari adalah untuk menanyakan apakah betul Wira akan pindah sekolah setelah liburan Desember ini?"
Ibu Wira tampak ragu dan sungkan menjawab. "Memang benar, ada niatan untuk pindah sekolah ke negeri karena kekurangan biaya. Kami mulai menyadari kemampuan kami setelah menunggak empat bulan, belum membayar biaya bulanan. Saya mulai ragu meneruskan Wira disana setelah iuran bulanan naik." Tutur Bu Wira.