Sore itu usai shalat asar. Para kru mempersiapkan ruangan studio, menyalakan pengatur udara agar tidak pengap. Dua siswa bagian konsumsi bergegas membeli nasi kotak berikut jeruk hangatnya untuk panitia dan yang diundang. Sedangkan air mineral botol sudah disediakan jauh-jauh hari untuk narasumber alias bintang tamu. Sementara itu, sang alumni yaitu Amanda dijemput di SMA oleh kru siswi lainnya, disapa ramah dan dikawal demi mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Di dalam studio sendiri sudah ada Argi yang membenarkan dasi biru laut, merapikan kerah putihnya. Argi sengaja seperti pembawa acara lainnya mengenakan seragam putih-biru saat bertugas. Merupakan ciri khas kanal ini, dimana penyiarnya adalah anak remaja tanggung berseragam SMP.
Disisirnya dan diminyaki hitam kemilau mahkotanya agar terkesan rapi di depan kamera. Dua siswa sudah siap di belakang layar, satu sebagai pemegang kamera dan satunya lagi pengatur lighting atau bagian siap siaga jika ada sesuatu. Sedangkan bagian menulis di dalam studio ada dua pula, satunya mencatat isi wawancara untuk diunggah di blog serta majalah dinding. Satunya lagi untuk memberikan arahan pertanyaan yang relevan dengan kondisi emosional narasumber dan mana yang menarik untuk diulik lebih jauh.
Tamu alumninya sudah datang, Argi menarik sudut kedua bibirnya ke belakang hingga tamu mengesankan keramahan terhadapnya. Alumni berhasil mendaratkan tubuhnya di bantalan empuk kursi yang ergonomis itu. Memang sekolah membeli kursi harga langit demi mendukung program jurnalis, berharap kesungguhan anggota ekskul melakukan hal terbaik dalam setiap kegiatan. Meliput orang-orang pinggiran, juga areal persawahan yang tergerus petak-petak rumah sekaligus mencari data berapa jumlah petani muda yang eksis di kecamatan yang dituju itu. Selain kursi yang dipentingkan kenyamanan orang saat terduduk hingga seakan lupa berdiri itu, sekolah juga membeli kamera perekam profesional kualitas tinggi, mikrofon dan meja podcast, desain ruangan, dan alat pendengar kedua orang yang duduk di kursi saat diliput. Pemilihan wallpaper pun tidak main-main, pencahayaan ruangan dan adanya pengatur udara. Bagaimanapun, sekolah tak sia-sia membiayai. Kanal Jus.Iu suatu saat penghasilannya bisa diakuisisi bahkan nama kanal bisa diganti. Ekskul jurnalis telah maju dan membuat gebrakan untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah. Merangkak lebih pesat setelah episode cerita siswa dan guru BK diangkat. Entah nanti kanal akan diganti namanya atau tetap, penonton kelihatannya tetap berlangganan karena konten menarik. Pelanggan kanal telah mendekati 90 ribu. Prestasi yang ingin diraih adalah silver play button yang bukan lagi bualan belaka.
Argi menghormati betul alumni yang satu ini, tersebab Amanda adalah gurunya dalam meracik puisi bagus. Amanda juga disebut namanya oleh Ilham di episode awal-awal, sebagai pemegang kesuksesan meruntuhkan kekuatan Bima untuk berbuat onar dan hendak merepotkan guru BK. Amanda juga masih mengenakan seragam putih abu-abunya, tentu meski lupa bawa peralatan dandan, ia hadir dengan wajah yang lebih cerah dan riasan natural dari kru yang sempat-sempatnya menyediakan kosmetik. Setelah nyaman dalam duduknya, kedua siswi pengawal narasumber beringsut dan beredar keluar ruangan. Argi mendapatkan aba-aba dari pembawa kamera dengan berdeham, siap dalam hitungan satu, dua, dan tiga.
"Halo teman-teman, akhirnya alumni yang ditunggu-tunggu hadir juga. Di depan saya ini yang bernama Mbak Amanda, beliau adalah guru saya seperti yang kemarin sudah sempat diceritakan. Juga sempat disinggung oleh Kak Ilham tentang Mbak Amanda dan hubungannya dengan guru BK."
"Hubungan yang mana?" Tiba-tiba Amanda menyela intro darinya, menelisik maksud ucapannya baru saja.
"Ketika itu, Mbak Amanda yang berani melaporkan grup online yang diketuai Kak Bima. Dimana tidak ada yang mau berurusan dengan gengnya. Kedua, hubungan Mbak Amanda dengan guru BK seperti apa, yang bisa membuat guru BK merekomendasikan Mbak untuk mengajari saya cipta puisi."
"Oh, itu." Amanda tersenyum. Sesekali melirik kamera. Ia sadar, detail kata-katanya termuat didalam layar. Sampai ditunggunya oleh Argi jawaban itu, masih dicekal juga dalam lidah. Argi memancing lagi. Iya teman-teman, katanya sembari menghadap kamera.
"Seperti yang kita ketahui di video sebelumnya, prestasi saya sebagai runner up kabupaten karena ada sosok yang berada dibelakang layar menjadi tutor saya. Kini setelah hampir setahun berlalu, saya coba ikuti kompetisi menulis puisi nasional, dan masuk jajaran 100 besar sedangkan Mbak Amanda berada di posisi juara harapan nasional. Waw! Oke, deh bagi yang mau tahu lomba puisi apa, dimana dan siapa saja yang juara, bisa bertanya di kolom komentar."