"Teman-teman, di depan saya sudah hadir Pak Maftuh, wali kelas saya sejak kelas tujuh hingga sembilan sekarang. Selamat sore Pak? Maaf menganggu waktunya hari ini." Sapa Argi klise, baik kepada penonton maupun narasumbernya. Pak Maftuh menjawab sapaan itu dengan ramah, dan lanjut mendengarkan kembali apa yang hendak ditanyakan.
"Oh iya, hampir lupa. Buat Mbak Amanda di rumah. Ada berita terbaru." Antusias sekali sang pembawa acara menyampaikan. "Kisah cinta murid kepada seorang guru tembus sejuta view hanya dalam waktu seminggu tayang. Dan ada komentar dari pak Zaifan langsung, jika di usia Mbak Amanda menginjak 23 dan masih single maka tidak ada halangan untuk duduk bersama di pelaminan. Cieā¦"
"Selamat ya Mbak, dan untuk tahu nomor HP-nya bisa menghubungi wali kelas saya. Menurut bapak, apa pendapat pak Maftuh soal komentar Pak Zaifan?"
"Saya melihat, dia tidak pernah berkata kecuali yang benar. Juga tidak ada candaan dalam pernikahan."
***
"Begini Pak, pertama tentang kunjungan rumah atau program home visit. Biasanya kemana-mana selalu bareng dengan pak Zaifan. Nah, kenapa sih pak kunjungan rumah tetap dilakukan meskipun siswa tidak suka wali kelas terlebih BK ke rumahnya?"
"Memang begitulah awalnya. Sebelum satu hijriah dulu, mana ada yang suka silaturahmi. Baru setelah dianjurkan nabi, faidahnya ketahuan. Ternyata banyak. Salah satu faidah kunjungan adalah saling mengerti antara guru dengan orang tua dan orang tua dengan anak. Jika ada sinergi baik, tentu permasalahan yang buntu, bisa ketemu solusi bersama."
"Bapak tahu, bagaimana perasaan pak Zaifan ketika banyak anak yang tidak suka terhadapnya?"
"Sebetulnya mungkin Argi sendiri merasakan. Guru BK itu bukan polisi. Guru BK bukanlah penghukum, bukan algojo pelaku kriminal. BK adalah sahabat yang baik dan tempat curhat yang baik. Itu yang guru BK tunjukkan kepada murid-muridnya."
Argi menopang dagu, bertafakur memahami daya juang guru BK dimata sahabat guru BK. Pak Maftuh masih mengenakan seragam gurunya saat diwawancarai. Dengan kacamata yang sesekali dipakainya, ia rela hati diwawancarai untuk mengetahui keadaan guru BK yang sudah undur diri itu.
"Buktinya Wira, yang sudah diliput. Wali kelas saja tidak tahu informasi bahwa dia akan pindah sekolah, kalau saja tidak berunding di rumahnya mungkin pindah sekolahpun, biaya sekolah masih kebingungan. Terhadap Vero dan Aqila, yang berlomba-lomba jadi wisudawan teladan. Keduanya sempat curhat, ini sangat rahasia pada waktu itu tetapi karena sudah diliput saya juga menyampaikan, bahwa nasihat pak Zaifan adalah satu-satunya solusi mereka menjalin cinta tanpa pacaran secara fisik, baiknya secara batin dengan saling mendoakan. Ada juga, Argi sendiri yang berhasil pindah ekskul. Masih banyak lagi upaya silaturahmi yang dilakukan. Dan seburuk apapun balasan murid, beliau tetap mengayomi. Tetap menjalankan tugasnya hingga selesai di Insan Utama."
Argi mencoba membayangkan bagaimana jadinya kalau dia adalah guru BK. Aku tidak sanggup, katanya kepada narasumber. "Jikalau demikian tegarnya, kenapa pak Zaifan berhenti jadi guru di Insan Utama? Kemana dan bagaimana kabar beliau sekarang?'
***