Mei, hari wisuda angkatan Vero
Pukul tujuh pagi, aula masih sepi. Tidak ada siswa yang bergegas masuk ke dalamnya. Aula itu disewa, mampu menampung jumlah peserta yang akan hadir, sekitar seribu kursi. Beberapa orang tua yang datang bersama anaknya tampak terlihat tidak terburu masuk. Beberapa telah memarkirkan mobil dan sepeda motor dengan santai. Sedang yang dibonceng masih enggan turun dari boncengannya, karena melihat orang-orang yang duduk di kursi masih sepi. Petugas parkirnya pun masih terduduk santai. Ada pula satpam di dekat pintu masuk aula berlantai dua itu. Satpamlah yang akan menggiring orang-orang untuk mengisi absen dahulu, sebelum masuk ke aula.
Bima berangkat dengan ibunya, keduanya telah akur. Berdamai dengan masa lalu, bahkan Bima rela dibonceng ibunya. Biasanya dialah yang mengambil alih kemudi dan sudah tak gengsi lagi menunjukkan keakraban. Justru ia hendak memamerkan keakurannya dengan ibunda kepada Vero dan yang lainnya.
Ilham, Tian, Dion, ketiganya sudah ada di depan parkiran. Orangtuanya sudah masuk ke aula lebih dulu. Ia menanti pemimpinnya. Vero baru tiba bersama keluarga mengendarai roda empat, disusul kendaraan Aqila di belakang. Rupanya sudah menjadi kebiasaan, bahwa kedua keluarga ini sering janjian jika pergi ke acara sekolah. Amanda mencari informasi apakah pak Zaifan hadir atau tidak. Ia cari pak Maftuh, tak ada batang hidungnya. Tiada yang bisa ditanyai karena guru-guru sudah berada di kursi depan.
Adik kelas, seperti Wira dan Argi yang turut hadir di acara wisuda ini tak luput untuk ditanyai. "Setahuku, Pak Zaifan telah berhenti kerja."
Kecewalah dirinya yang sudah berdandan sebaik mungkin pada acara wisudanya. Niat awal hanya untuk bersinar di depan sang guru. Telah lama sekitar sebulan tidak bersua, jua terlalu sibuk sendiri pada perannya sebagai murid, sampai tak tahu kabar kelengserannya.
* * *
Pembawa acara memberi tahu susunan acara. Pertanda seyogyanya sudah tidak ada suara gaduh di dalam ruangan hingga tidak terdengar suara bisik-bisik. Acara diselingi pembacaan puisi oleh Amanda, satu siswi lainnya dan dua siswa yang juga calon alumni.
Suasana haru mulai merasuki. Puisi kembali dimunculkan sela-sela intro musik perpisahan. Isak tangis siswa kelas IX yang menyuguhkan pertunjukan itu sendiri, juga meneteskan air matanya. Tak sedikit audiens yang turut mengucurkan bulir-bulir bening. Setelah pertunjukkan usai, tibalah acara inti. Usai acara wisuda, segelintir siswa kisahnya akan melegenda. Menggerakkan generasi penerusnya untuk menyamai bahkan melampaui sang legenda. Pak Harto, selaku MC mengumumkan acara berikutnya.
“Hadirin, tibalah kita pada pengumuman siswa teladan. Sekolah sudah mengumumkan seluruh siswa lulus dan saatnyalah kita memberikan hadiah kepada siswa teladan tahun ini. Siswa teladan, yakni peraih nilai tertinggi ujian akademik dan prestasi penunjang lainnya. Kebetulan dari ekskul Al-qur'an, ada yang diakui departemen agama jumlah hafalannya.”