Antara mesin produksi dan hati yang remuk

Bang Jay
Chapter #5

Bab 5: Tiket Konser dan Tawa yang Kembali

Tiket Konser dan Tawa yang Kembali


Hari-hari berikutnya bagi Diki terasa seperti air mengalir di bawah jembatan pabrik yang bising. Meskipun sesekali matanya tanpa sadar mencari sosok Lita di antara lalu lalang pekerja, gadis itu selalu menyambutnya dengan senyum manis yang sama. Namun, kali ini, senyum itu tak lagi mampu menimbulkan gejolak aneh di perut Diki. Kenyataan bahwa Lita telah bertunangan perlahan meresap dalam benaknya, membuatnya menerima bahwa mungkin memang jalan cintanya tak pernah bersinggungan dengan jalan cinta Lita. Perlahan, Diki mulai merelakan rasa yang sempat bersemi, kini fokusnya lebih tertuju pada dirinya sendiri, mencoba menambal kembali retakan di hatinya.

Namun, teman-teman Diki tak henti-hentinya menggoda. "Sikat aja, Bro! Selagi janur kuning belum melengkung, kesempatan masih ada! Bahkan yang sudah melengkung pun kadang masih bisa disalip!" celetuk Doni dengan nada penuh semangat. Diki hanya tertawa hambar. "Emangnya lagi bawa truk, main salip-salipan," balasnya, disambut gelak tawa teman-temannya. Lalu Diki bergumam, "Mungkin memang aku ditakdirkan jadi bujang lapuk. Selalu saja gagal dalam urusan cinta." Ucapan itu ia lontarkan dengan nada bercanda, namun menyimpan sedikit kepasrahan yang tersembunyi. Teman-temannya hanya tertawa, menganggap itu hanya gurauan biasa.

Esoknya, saat jam makan siang memadati kantin, Lita menghampiri meja Diki dan teman-temannya. Di tangannya tergenggam beberapa lembar kartu berwarna cerah. "Jangan lupa datang ya ke acara pernikahan aku," ucap Lita dengan senyum manis yang selalu berhasil membuat siapa pun merasa nyaman di dekatnya. Mereka sejenak terdiam, saling melirik ke arah Diki, menunggu reaksinya. Diki hanya cengengesan, berusaha terlihat santai. "Wah... Insyaallah, Lita! Kami pasti datang! Siapin rendang yang banyak ya! Sekalian nanti musik koplonya yang kenceng, biar bisa joget!" celoteh Diki, disambut tawa riuh seisi kantin. Lita hanya tersenyum lebar dan mengangguk, lalu pamit undur diri. Dalam hati Diki, ada sedikit nyeri yang terasa, namun ia berusaha keras untuk menyembunyikannya di balik tawa dan candaan.

Lihat selengkapnya