Malam mulai larut. Di kamar yang hanya ditemani cahaya lampu belajar dan suara rintik hujan di luar jendela, Alya duduk diam di depan cermin. Rambutnya masih basah, sebagian tertutup handuk. Tapi bukan dingin yang membuat tubuhnya menggigil.
Ia menatap pantulan dirinya sendiri, tapi yang ia lihat bukan dirinya—melainkan pertemuan tadi sore. Perpustakaan tua, suara lembut Rafael, dan tatapan matanya yang jujur. Terlalu jujur.
"Apa yang kamu cari, Alya?" gumamnya sendiri.