"Jadi sekarang tekadnya berubah?"
Biasanya perpustakaan menjadi tempat paling akhir yang menjadi opsi buat Ocha. Tetapi kenyataannya, dirinya sudah dua kali berlama-lama di tempat itu dalam kurun waktu kurang dari seminggu.
Spidol warna warni yang diletakkan bersisian dengan buku pelajarannya, berantakan. Hasil dari kegiatan merangkumnya.
"10 besar." Ocha bergumam. Matanya yang penuh antusias membuat Oji menggeleng takjub.
"Udah bukan gue lagi kan, tekadnya?"
Kontan si gadis mendongak. Menggeleng cepat dan berujar. "Sekarang gue punya 2 tekad!"
Oji hanya melirik dari balik catatannya. Menyimpan senyumnya sendiri.
Keduanya sibuk dalam hening. Oji dengan tumpukan bukunya dan Ocha dengan spidol-nya. Sesekali Oji melirik Ocha yang misuh-misuh karena helaian rambut yang menjuntai melewati pipinya.
Rambut Ocha sebahu, nanggung. Beberapa helai poninya membingkai wajahnya hingga dagu, tidak bisa semudah itu disatukan dengan sebuah kuciran.
Saking sebalnya, Ocha meraih ranselnya. Mengeluarkan jepitan warna-warni untuk menjepit sisa helai rambutnya.
"Ada apaan di muka gue?" Ocha menyentuh hidungnya, bertepatan dengan pandangannya yang berserobok dengan mata elang milik Oji selama beberapa detik. "Aduh, gue gak bawa oil control, pasti minyakan banget deh."
Oji menggeleng. "Gak ada apa-apa." Lalu kembali menekuni bukunya.
Ocha melempar cengiran lebar. Ia menopang pipinya dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya memutar-mutar spidol.
Sebelumnya, cowok-cowok eksperimen yang didekati olehnya selalu mengajaknya kencan di tempat keren. Pusat perbelanjaan, bioskop, arena bermain, hingga yang terakhir—Javin mengajaknya kencan dengan menonton konser Taylor Swift.
Cuma dengan Oji, agenda berduaan alias kencan bisa berubah menjadi belajar bareng.
Nggak masalah. Difa bilang, ini baru dinamakan selangkah lebih maju. Pacaran itu harus diselingi dengan memperbaiki diri dan satu sama lain.
Sebentar.
Kencan?
Pacaran?
Bukannya untuk sekarang kosakata itu belum tepat, ya?
"Ada yang nggak ngerti?" tanya Oji. Heran melihat Ocha geleng-geleng kepala tanpa ekspresi. Tangannya menarik pelan buku catatan Ocha. "Limbah reaktif."