Anterograde

Reynaldhi Galih
Chapter #1

Prolog

Jika boleh aku menganalogikan hidupku ke dalam sebuah warna, aku memilih warna pastel. Indah bukan? Tentu tidak, karena memang tidak seperti itu. Tidak semudah aku mewarnai buku gambar saat di taman kanak-kanak dulu. Tidak pula semudah mencari ide-ide pada mesin pencarian Google. Atau bisa dikatakan, “Tidak semudah itu Ferguso”.

Putih. Biasa dilambangkan sebagai kesucian. Layaknya bayi-bayi lain yang terlahir tanpa dosa. Tetapi dengan tangis yang pecah, menandakan nyawa sudah ada dalam jiwa. Polos bagaikan kertas putih, yang belum mengerti akan gelap dan terangnya dunia.

Merah Kuning Biru. Dasar dari segala warna. Begitu pula aku saat masa kecil dulu. Perpindahan dari polos menjadi berwarna. Pada masa ini, aku belajar dasar-dasar dari segala kemampuan. Makan, tidur, bermain, apapun itu, yang jelas aku beranjak dari tidak tahu apa-apa menjadi sedikit tahu apa-apa.

Lihat selengkapnya