Anterograde

Reynaldhi Galih
Chapter #3

Andi dan Sereal

Aku adalah anak tunggal dari satu bersaudara. Ya, lebih gampangnya aku adalah anak satu-satunya di keluargaku. Nama lengkapku Andi Setiawan Jauhari. Dari namaku saja pasti sudah bisa ditebak siapa nama bapakku. Benar, Pak Jauhari. Aku tidak tahu konsep tentang mengapa nama bapak dimasukkan ke dalam nama anaknya. Ternyata di luar negeri pun hal ini marak dilakukan—kalau bapakku sih mungkin karena nggak mau mikir nama anak yang ribet aja.

Sebagai anak tunggal, aku juga merasakan kenikmatan dimanjakan oleh kedua orang tuaku. Tetapi karena orang tuaku juga bukan dari kalangan elite, jadi ya kenikmatan itu aku rasakan separuh saja. Misalnya, ketika anak lain sarapan dengan sereal, aku juga mau seperti itu. Keinginanku saat itu disebabkan karena melihat teman-temanku dapat hadiah mainan dari sekotak sereal.

“Bu, aku pingin makan sereal, beliin ya”, rengekku kepada ibuku, saat beliau sedang sibuk masak di dapur.

“Ih kamu ini ada-ada aja toh le. Minggu lalu kamu minta dibeliin ayam goreng kentucky, sekarang minta sereal. Mbok ya ini aja dimakan, tempe sama tahu, bayangin aja rasanya kayak sereal”, ujar ibuku sedikit kesal dengan permintaan buah hatinya yang aneh-aneh.

“Tapi bu, kata guruku di sekolah, sarapan itu harus yang bergizi”, elakku mempertahankan pendapat. Aku harus berusaha sekuat mungkin, membujuk ibuku membeli sereal—demi mainan. Eh bukan, demi sarapan bergizi.

“Yaudah nanti ibu telepon bapakmu dulu. Pulang kerja nanti biar ibu suruh mampir beliin kamu sereal”, tidak kusangka permintaanku dikabulkan. Aku terharu, aku memeluk ibuku, bau bumbu masakan kini melekat di bajuku.

Namun rasa terharu yang aku rasakan, tidak bertahan begitu lama. Aku yang sedari tadi menunggu bapak pulang kerja dengan duduk di ruang tamu, seperti terpukul oleh rasa berharap yang begitu tinggi. Bukan sekotak besar sereal—dengan mainan di dalamnya—seperti yang aku harapkan yang datang. Melainkan bungkus kecil sereal, yang dimakan satu kali saja langsung habis.

Moral yang bisa aku dapat dari masa kecilku, yang tertanam di hatiku hingga sekarang ialah jangan berharap sesuatu terlalu berlebihan. Karena jika nantinya tidak sesuai dengan keinginan, akan berakhir menyakiti diri sendiri. Layaknya cinta.

--

Lihat selengkapnya