Anterograde

Reynaldhi Galih
Chapter #5

Aladdin dan Bianglala

Perjalanan dengan motor bebek berdua dengan Nisa menjadi sebuah hal yang menyenangkan. Mungkin si Revo—motorku ini juga merasakan hal yang sama. Sudah lama motorku tidak merasakan sensasi membonceng cewek. Apalagi ini adalah Nisa, cewek cantik yang bisa saja nanti akan setia menaiki motor ini, kemanapun aku dan Nisa akan pergi. Menoreh kenangan manis berdua—bersama.

Tidak terasa hingga tibalah kami di gerbang masuk menuju taman bermain—dengan tulisan Night Paradise terpasang begitu besar. Aku arahkan motorku ke dalam. Gemerlap lampu sudah terlihat dari jauh. Lokasi taman bermain ini memang di area perumahan. Sedikit tersembunyi, tetapi macam oase di tengah padang pasir, yang siapa saja rela mencarinya demi sejenak melepas dahaga.

Sesampainya di lokasi, aku segera memarkirkan motorku. Kemudian kami beranjak membeli tiket agar bisa masuk ke dalam sana. Ketika kami masuk, ternyata di dalam sudah terlihat ramai. Benar saja, karena hari ini adalah malam minggu.

Malam yang indah untuk muda-mudi memadu kasih, namun malam yang buruk untuk muda-mudi yang tak memiliki kekasih.

Saat berjalan masuk, aku lakukan dengan gerakan bangga. Tentu saja, karena kini aku sedang berjalan berdua dengan cewek cantik bernama Nisa. Banyak mata menuju ke kami berdua. Dalam hati aku berkata, ‘Pasti mereka iri padaku, aku sungguh beruntung sekali’.

Rupanya baru kuketahui setelah pergi ke toilet untuk buang air kecil, garasiku ternyata sedari tadi aku biarkan dalam keadaan terbuka. Memalukan.

Setiap kali aku ke tempat yang baru, aku seperti harus buang air kecil terlebih dahulu disana. Mungkin aku layaknya serigala yang menandai wilayahnya sebagai tanda agar serigala lain tidak masuk ke dalam teritorialnya. Bedanya, aku menandai toilet sebagai kawasan kekuasaanku. Atau mungkin aku adalah titisan Aladdin. Aladdin yang dikenal dengan kisah 1001 malamnya. Kini ada aku, Andi, yang akan terkenal dengan kisah 1001 toiletnya.

Lihat selengkapnya