ANTHOLOGY

velaaa
Chapter #1

perpisahan

Februari 1996

Siang ditemui dengan teriknya sinar matahari, begitu juga dengan tatapan tajam yang merujuk kearah depan seorang pemimpian upacara pelantikan. Hari yang jadi kebanggaan bagi para pemuda-pemudi yang resmi menjadi aparat penegak negara. Mengabdikan diri juga kehormatan untuk tanah air. peluh keringat tidak juga dihiraukan ulah jantung yang terus berdetak. bersorai gembira dalam hening kala upacara pelantikan selesai dilaksanakan.

kaki yang sejak tadi menopang berat tubuh seketika hilang rasa. rasa lega sebab telah membanggakan diri sendiri juga keluarga terlepas.

seluruh keluarga yang menyaksikan pelantikan berhamburan mencari pemuda-pemudi kebanggaan mereka. langkah cepat itu dengan mata elang mencari dengan tangan dingin ingin segera dekap sang kebanggan. ingin berikan segala kalimat syukur yang sejak tadi terucap tanpa henti.

kedua pasang kaki dengan langkah pelan juga mata sedikit menyipit sebab fungsi indra pengelihatan mulai menurun itu terus menyelinap diantara keramaian. meyaksikan pelukan dan kata bangga keluarga lainnya, "Kale.. Kale.. dimana ya, Pak?"

sampai akhirnya mata itu mendapat satu proporsi badan dan wajah yang sangat dikenali. dibawa langkah sedikit cepat dengan tangan saling genggam. dekap itu diberikan kala mata mulai betemu. "Kek.. Nek.."

tangis ditengah suara riuh bangga dan tawa menyelip, "Kakek bangga sama kamu Le, kamu hebat," dekap itu kembali diberi dengan isak bahagia yang bahkan tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.

berbeda dengan suasana haru, ada senyum dan tawa yang melingkupi keluarga lainnya, "Abang nanti kalo tugas di Helikopter lewat rumah kita jangan lupa mampir," kalimat dari seorang remaja tanggung perempuan itu dibuahi balasan dengan sedikit jitakan. "Gila kamu ya, Bang Azam bukan jadi knek bis sampe bisa mampir," kata lelaki yang hanya berbeda usia tiga tahun darinya.

bagai berada di dunianya sendiri, ada tepukan pada bahu yang dirasakan oleh sang pemuda negara, "Tidak ada kalimat yang bisa Ayah selain bangga, sekarang tugasmu tanggung jawabmu Bang. Ayah harap kamu bisa jadi abdi negara dengan moral dan santun baik."

Lihat selengkapnya