ANTI AVATAR

Handi Yawan
Chapter #3

Pandangan Pertama

Di tempat itu Rani bertemu kembali dengan Haleema. Tetapi Irina tidak mereka lihat.

Tidak lama kemudian pintu mulai naik dan terbuka ke atas. Cahaya terang seketika memasuki ruangan namun para kru aman dan mulai membiasakan matanya melihat cahaya di luar.

Kirani mulai melangkah keluar pintu dan hendak meniti anak tangga elevator.

Untuk pertama kalinya, Kirani dan kru lain melihat langsung pemandangan darat di planet Saturnus.

Kota berada di bawah mereka. Sementara di langit terlihat tiga buah pita aurora yang tipis karena cahaya matahari menyinari planet lebih kuat sinarnya.

Di depan mereka seorang kadet berdiri di anak tangga lalu bicara, “Kalian bisa buka kaca helm dan tetap bisa bernapas kok, seperti di bumi.”

“Oh ya, itu benar,” sahut Haleema antusias sambil menekan tombol pembuka kaca helm.

Setelah terbuka secara elektris, Haleema mencoba menghirup udara untuk mengisi paru-paru sebanyak- banyaknya.

Setelah ditahan sejenak lalu ia hembuskan pelan- pelan.

Semula Kirani cemas apakah benar bisa bernapas leluasa, setelah dibuktikan oleh Haleema sekarang sudah yakin.

Lalu ia menekan sensor helm di sebelah pelipis, sehingga kaca helmnya terbuka hingga menampakkan seluruh wajah.

Kirani meniru Haleema menghirup udara pelan- pelan.

“Hm benaran bisa bernapas loh,” ujar Kirani girang.

Akhirnya yang lain mengikuti Haleema dan Kirani membuka kaca helm.

Untuk pertama kalinya pula Kirani dan beberapa kru lain menarik napas panjang menghirup udara di planet Saturnus.

“Yup, seperti berada di puncak gunung di bumi,” kata Rani memberi komentar pada kesan pertamanya bernapas di planet ini. “Udaranya tipis dan agak susah bernapas!”

Kemudian Rani mengikuti Haleema dan kru lain yang mulai meniti anak tangga yang berjalan turun.

Mulai dari pintu badan pesawat semua kru tidak usah payah berjalan turun, karena semua anak tangga yang dipijaknya merupakan elevator.

Selama bergerak turun semua kru yang baru menginjakkan kaki di planet ini, menyapukan pandangan ke segala penjuru.

Gedung-gedung tinggi masih banyak terlihat masih dalam pembangunan. Alat-alat berat dan berbagai mesin terbang lalu-lalang di atas bangunan seperti lebah mengelilingi sarang.

Sebuah kendaraan berbentuk roda semula kecil karena jauh, sekarang tampak jelas. Kendaraan itu adalah unimob dan di sisi pinggir jalan banyak orang lalu-lalang.

Ketika mereka tiba di bawah, sebuah unimob telah menanti masing-masing.

“Ran, kita berpisah di sini,” ucap Haleema pada salah satu sahabat selama dalam perjalanan luar angkasa.

Mereka berbeda bidang. Haleema Omar adalah insinyur geologi, sehingga unimob yang akan ia naiki berbeda jurusan dengan Kirani yang insinyur teknik mesin.

“Haleema, jangan lupa kabar-kabari ya,” kata Rani sambil menyempatkan memeluk Haleema.

Lihat selengkapnya