ANTI AVATAR

Handi Yawan
Chapter #5

Dari Mata turun ke Hati

“Iya, gimana bisa!” ujar Irina tidak percaya.

“Sayuran ini hidroponik lho,” jelas Jake. “Dan daging-daging yang kita makan, susu sapi yang kita minum itu berasal dari hewan-hewan yang diternakkan di sini. Memang asalnya didatangkan dari bumi.”

“Oh ya! Lalu airnya dari mana untuk menyiram tanaman dan memberi minum di peternakan?” tanya Maria. “Dan juga yang kita gunakan sehari-hari, apakah dari sini juga?”

“Ya, tentu saja,” kata Mattew. “Sebaiknya kalian sekali-kali pergi ke sektor O.”

“Memang di sana ada apa?” tanya Kirani. “Aku tahu bahwa ada sarjana peternakan dan pertanian yang dikirim ke sini. Tetapi kukira mereka baru melakukan penelitian tanah di sini?”

“Oh tidak begitu,” ujar Mattew meluruskan. “Penanaman hidroponik dan peternakan sejak pembangunan koloni sudah dilakukan. Para sarjana pertanian dan sarjana peternakan dikirim untuk mengurus dan mengembangkannya. Sementara air yang kita minum berasal dari sumur bor di sana. Kemudian barulah disuplai ke seluruh koloni.”

“Wah, wah. Ini baru kejutan,” puji Maria. “Jadi planet ini memang bumi juga ternyata ya!”

Sementara yang lain asyik mengobrol, Maria memperhatikan Jakob yang sedang makan tetapi matanya selalu ke Kirani.

“Itu Jake yang kamu ceritakan, ya?” tanya Maria ke Irina dengan berbisik. Tania ikut menanti penjelasan dari Irina.

Irina memberikan jawaban cukup mengangguk saja, segera Maria dan Tania tersenyum mengerti. Sekarang Maria tahu hubungan senyum sipu Kirani sewaktu awal pertemuannya dengan kedatangan Jake sekarang.

“Rupanya dia yang suka bikin kamu cengar-cengir sendirian itu,” goda Maria.

Ditodong seperti itu Kirani menjadi salah tingkah. “Idih, sok tahu loe!” Kirani ngeles.

“Ha ... Ha ... Ha ....” Maria tertawa senang telah berhasil mengungkap isi hati Kirani.

Jakob Ubar sendiri tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Maria dan Kirani. Sehingga Jakob membuka percakapan lain, “Dua minggu ini aku piket di sektor H ini.”

“Oh, ya!” sambut Maria sambil mengedipkan mata genit ke Rani. “Jadi bisa sering lihat Kirani dong!”

“Aw!” tiba-tiba Maria menjerit. Ternyata lengan Maria dicubit oleh Kirani.

Pada saat yang sama Jakob tertunduk malu.

Sementara yang lain tersenyum melihat Kirani dan Jakob menjadi kikuk.


Malam harinya.

Waktu itu sudah gelap dan purnama di langit Saturnus tampak di atas.

Rani, Maria, Johanes, dan Irina menuntun unicycle masing-masing dengan lampu dalam keadaan mati dan pergi sambil mengendap-endap.

“Mana Tania dan Hendra?” tanya Irina. “Mereka gak jadi ikut?” tanya Johanes pula. “Penakut!” umpat Irina.

“Tadi Tania sempat bilang padaku,” ujar Kirani. “Dia gak jadi ikut, takut ketahuan.”

“Mereka gak asyik!” omel Maria. “Kalo Hendra?” tanya Johanes lagi.

Lihat selengkapnya