ANTI AVATAR

Handi Yawan
Chapter #9

Mantra-mantra Dewa

Selepas senja kala berlalu Jake dan Kirani diundang makan malam oleh Burila Durr.

Pada kesempatan itu Burila Durr memperkenalkan adik perempuannya yang bernama Malikan.

Putri Malikan seorang wanita yang sangat cantik memesona. Bentuk tubuhnya bagus seperti Kirani. Bedanya bila Kirani ada tomboinya, tetapi Malikan sangat anggun. Setiap gerak gerik Putri Malikan mencerminkan seorang wanita bangsawan sejati.

Budun Daut dan seorang panglima kerajaan juga turut bersama mereka dalam perjamuan ini. Pangeran Burila Durr memperkenalkan pria itu bernama Soralogam.

Panglima Soralogam tidak banyak bicara dan bersahaja, tetapi sorot matanya tajam. Berbanding terbalik dengan Putri Malikan yang ternyata sangat ramah dan menyambut hangat kepada Kirani.

Tetapi dalam pandangan Kirani, wajah Putri Malikan menyembunyikan kesedihan. Tetapi tentu saja Kirani tidak berani lancang bertanya.

Dalam kesempatan perjamuan ini Burila Durr menyampaikan ajakan kepada Jake melakukan perburuan harimau yang telah menjadi tradisi bangsa Magadorr menyambut festival puja.

Tetapi Jake akan ditemani oleh panglima Soralogam karena dia sendiri akan melakukan tugas kerajaan di tempat lain bersama Putri Malikan.

Istana diterangi oleh lampu-lampu listrik yang berasal dari batre.

“Dari mana kalian memperoleh listrik?’ Tanya Jake kagum. Budun Daut menunjukkan semua itu kepada Jake. Jake diajak Budun Daut ke ruangan besar dan diiringi beberapa orang yang diperkenalkan sebagai murid-murid Budun Daut dari perpustakaan negara.

Di istana ada sebuah ruangan yang membuat Jake takjub. Hal itu ditunjukan oleh Budun Daut sumber penerangan di seluruh istana berasal dari tong-tong keramik sebagai wadah larutan kimia yang menimbulkan listrik.

Tong-tong berfungsi sebagai reaktor elektrokimia. Elektron mengalir dari anoda ke katoda melalui sirkuit eksternal seperti kabel dan sekaligus terjadi perpindahan ion di dalam elektrolit, menghasilkan aliran arus listrik.

Tong-tong keramik sebagai batre disusun rapi sehingga setiap petugas bisa mengawasi satu persatu tong agar selalu dalam kondisi berfungsi dengan benar.

Selain itu ada gudang-gudang penyimpanan bahan seperti magnesium, batang karbon, Larutan garam, cuka, Hidrogen peroksida. Di gudang lain ada tersedia material cangkir, berpori, kabel dan klip buaya, serta, perangkat berdaya rendah, seperti bohlam-bohlam lampu. Ini sudah industri listrik secara elektrokimia.

Persiapan bahan dikerjakan di ruang sebelah. Bahan baku seperti bahan katoda, anoda, dan elektrolit diproses, dimurnikan, dan digiling oleh para pekerja.

Juga pencampuran bahan aktif dicampur dengan bahan pengikat, pelarut, dan aditif untuk membuat bubur elektroda. Pelapisan, perakitan, penyuntikan, penyegelan

Ruangan besar ini adalah instalasi pembangkit listrik elektrokimia yang diurus oleh orang-orang yang ahli.

“Ini adalah salah satu pusaka warisan dari Dewa Ridik Wadntodo.” Papar Budun Daut. “Kami lestarikan hingga sekarang. Dan telah kami ajarkan kepada setiap generasi agar istana selalu terang di waktu malam hari.”

Dan hebatnya, pemakaian listrik yang merata di seluruh istana menggunakan teknologi wireless.

Pada saat berjalan-jalan itu, Jake diingatkan sekarang waktunya makan malam. Lalu mereka pergi ke ruang makan. Di tempat itu telah menanti beberapa pembesar kerajaan untuk makan malam bersama.

Setelah selesai makan malam Jake diajak oleh Budun Daut ke perpustakaan negeri, sementara Kirani diajak berkeliling istana oleh Putri Malikan.

Jake memuji koleksi buku-buku yang ada di dalam perpustakaan. Koleksinya banyak sekali dan rata-rata berukuran besar dan berat sehingga satu buah buku saja perlu diambil dengan kedua tangan.

Sekalipun demikian buku-bukunya bersih dan tidak ada debu sama sekali, setiap halaman terawat dengan baik.

Jake menemukan sebuah buku antik yang beda dengan buku-buku yang terdapat di sana.

Umumnya buku-buku di perpustakaan ini ditulis tangan dengan tinta dan halaman-halamannya terbuat dari kulit, tetapi buku yang satu ini istimewa karena selain bentuknya kecil dan dicetak di atas kertas yang biasa ada di planet bumi. Kondisi buku itu terawat baik.

Jake mengambil buku itu dan memperhatikan lebih seksama.

Dia baca judulnya: Tata Bahasa Indonesia, sub judul untuk sekolah lanjutan atas oleh Dr. Gorys Keraf? Jake merasa heran sekali, buku ini dari bumi, kok bisa ada di sini? Pikirnya.

Lalu dia membolak-balik dan membuka halaman- halaman buku itu dengan penuh minat.

“Ya, itu memang bukan dicetak di sini. Buku itu berasal dari kerajaan surga para dewa.” ujar Budun Daut mengerti apa yang dipikirkan oleh Jake.

Dalam sebuah halaman Jake melihat ada sebuah tandatangan dan tertulis sebuah nama: Rikwanto Subardi. Barulah Jake mengerti rupanya buku ini yang dikatakan oleh Budun Daut sebagai salah satu buku-buku mantra dewa. Padahal itu adalah buku pelajaran bahasa Indonesia yang dianggap masyarakat Magadorran sebagai bahasa para dewa.

Sekarang bagi Jake semakin jelas semua ini apalagi hal ini telah diceritakan oleh Kirani soal astronaut bernama itu.

“Apakah ada buku-buku lain, pemberian dewa Ridik Wadntodo?” tanya Jake menyebut nama Rikwanto dalam dialek Magadorran.

Dengan senang hati Budun Daut menunjukkan sesuatu yang dia ambil dari rak yang letaknya tidak jauh dari buku pertama.

Buku lain yang Jake terima dari pria gendut ini ternyata sebuah buku umum mengenai perang sipil di Amerika.

Jake tidak mengerti bagaimana seorang astronot seperti Rikwanto sampai membawa buku-buku seperti ini dari bumi?

Jake menaruh buku itu di atas meja lalu meraih buku lain yang lebih menarik perhatiannya.

Buku itu hanya sebuah buku tulis biasa tetapi diisi oleh tulisan tangan. Dan Jake yakin itu adalah tulisan Kolonel Rikwanto.

Buku ini cukup tebal dan hardcover. Dan yang paling menarik dalam tulisan-tulisan itu merupakan penjelasan bagaimana membuat senjata api dari yang ringan sampai yang berat dan meracik bahan-bahan mesiu untuk pelurunya.

Ada pula penjelasan bagaimana membuat teknologi mesin uap. Membangun instalasi listrik dari bahan-bahan kimiawi. Dan beberapa buku-buku panduan membangun teknologi sederhana lainnya.

“Kakekku telah mewariskan semua buku-buku ini dan bagaimana mempraktikkannya dalam penggunaan sehari-hari karena pernah tinggal bersama dewa ilmu pengetahuan, yang mulia Ridik Wadntodo. Sekarang pengetahuan itu telah diwariskan kepada kami.” papar si Gendut pengurus perpustakaan negara. “Buku ini hanya boleh dibuka oleh pustakawan kerajaan. Sementara untuk bahan ajar kami telah menyalinnya.”

Jake pernah mendengar hal ini dari Budun Daut sendiri.

“Sekarang padanduk Jako telah memberikan mantra dewa kepada kami bagaimana membuat pedang guntur.” puji Budun Daut. “Maka kerajaan Magadorran semakin lengkap dan kuat.”

Jake sama sekali tidak merasa bangga sehingga menanggapi pujian itu dengan biasa saja. Teknologi membuat dan merakit senjata api suatu hal yang biasa di bumi.

Lalu Budun Daut menyodorkan sebuah buku lain.

“Tetapi sampai sekarang hamba belum bisa mengerti isi mantra-mantra ini?” ujar Budun Daut sambil menyodorkan beberapa buah buku ke tangan Jake.

Jake mengambil buku-buku itu. Ternyata buku yang Budun Daut perlihatkan kepada Jake adalah buku panduan navigasi astronomi, buku-buku cara merawat dan memperbaiki mesin-mesin pesawat Columbus. Bahkan ada pula buku panduan mengoperasikan mesin-mesin pesawat Columbus.

“Hamba melihat kesamaan bentuk kereta-kereta perang para dewa di dalam buku ini”

Ya tentu saja tidak akan mereka pahami, pikir Jake yang tidak kuasa menyembunyikan rasa geli.

“Anda sudah melihat kereta-kereta perang kami, bukan.” Sahut Jake. “Buku ini adalah panduan semua untuk membangun dan merawat kereta-kereta perang itu. Tetapi untuk bisa membuatnya kalian harus alih teknologi dulu…”

Tapi percuma saja Jake jelaskan dan dia melihat teman gendut yang cerdas ini tidak mampu memahami pembicaraan yang Jake sampaikan. Jake maklum itu adalah teknologi yang terlalu jauh bisa mereka capai.

Kemudian pada saat itu Budun Daut menunjukkan sebuah halaman dalam sebuah buku yang lain kepada Jake.

“Hamba tidak mengerti gambar bola-bola ini?” tunjuk Budun Daut. “Padanduk Jako, izinkan hamba mengajukan pertanyaan?”

“Silakan!” sahut Jake mengabulkan permintaan itu sambil lalu.

“Mohon dijelaskan apa artinya gambar-gambar ini?”

Jakemenengok sejenak pada bukuyang ditunjukkan padanya. Setelah dilihat sepintaspun dia itu buku astronomi. Lalu Jake jelaskan dengan bahasa sederhana. “Itu adalah dunia-dunia dan ini adalah duniamu yang sekarang kita pijak.” jelas Jake sambil menunjuk pada sebuah gambar bola yang ada 3 lingkaran pada kelilingn

Penjelasan dari Jake justru semakin membuat Budun Daut mengajukan pertanyaan susulan dengan penuh minat dan keingintahuan yang besar.

“Seberapa besar dunia ini sebenarnya?” tanya Budun Daut sambil menadahkan tangan ke atas. Budun Daut menanyakan ukuran planet tempatnya dia berpijak.

Hm, pertanyaan serius pikir Jake. Budun Daut bukan orang biasa. Dia adalah seorang intelek di zamannya sehingga Jake harus menyusun jawaban yang tepat dan tidak asal.

“Wilayah Magadorr terbentang sejak kaki langit di tempat matahari terbit sampai ke tempat matahari tenggelam. Dan terbentang mulai dari utara Kolappo Toru hingga ke selatan yang hampur menyeberangi Toru.” Ujar Budun Daut. “Tetapi banyak para pengembara mengabarkan bahwa jauh di kaki langit dan ujung-ujung dunia lain masih ada negeri yang lebih besar daripada Magadorr? Dan mereka membawa bukti tanaman-tanaman obat yang tidak ditemui di tanah wilayah Magadorr.

Dan kata mereka pula kaki langit ternyata masih jauh lagi hingga tidak diketahui seberapa luas dunia ini?”

Jake mendengar pertanyaan Budun Daut sambil mencari-cari sesuatu.

Akhirnya barang-barang yang cari telah dia dapatkan.

Jake mengambil dua buah batu berbentuk bulat yang terletak di sudut ruangan dan entah dipakai untuk apa. Tapi bukan itu yang penting.

Dua buah bola yang berbeda ukuran. Satu buah sebesar bola tenis sedangkan yang lainnya sebesar bola kaki.

“Pegang batu ini!” pinta Jake sambil meletakkan batu sebesar bola tenis ke tangan kanan Budun Daut. “Dan pertahankan posisi seperti ini, ya.”

Jake menempatkan tangan Budun Daut yang memegang batu pada posisi menadah batu itu. Dengan senang hati Budun Daut mengikuti permintaan Jake. Sementara batu yang lebih besar masih diletakkan di atas meja.

“Anggap ini adalah dunia tempat kita berpijak. Tunjuk Jake pada batu yang di tangan Budun Daut. Dan dunia ini sesungguhnya berbentuk bulat seperti batu ini.”

Tampak Budun Daut terkejut karena tidak menyangka, tetapi dia tetap menyimak dengan sungguh-sungguh penjelasan Jake. []


“Luas wilayah Magadorr hanya titik dalam bola ini.” tunjuk Jake. “Bila Anda pergi lurus ke arah matahari terbit atau sebaliknya, maka Anda akan datang dari tempat sebaliknya. Karena sesungguhnya dunia berbentuk bulat seperti batu ini.”

Penjelasan sederhana seperti ini membuat Budun Daut tercengang. Dia tidak berkata-kata tapi air mukanya tampak jelas sedang berpikir dan mencerna apa yang tadi dikatakan oleh Jake.

“Apakah itu berarti matahari di langit pun berjalan seperti itu?” tanyanya sambil meletakan telunjuknya memutari bola itu.

Lihat selengkapnya