“Aku baik, Ran.” sahut Haleema. “Aku ikut sedih mendengar kabarmu.” ucap Haleema yang segera menghapus air mata yang sudah mengembang ketika bertatap muka jarak jauh dengan Kirani.
Kirani pun tidak urung tergugah kembali. “Makasih Haleema ”
“Oh ya, kenalkan ini Tania, teman sekamar aku.” Kirani merangkul bahu Tania yang segera melambaikan tangan kepada Haleema. Haleema dan Tania saling menyapa.
Beberapa saat kemudian Haleema bicara serius kepada Kirani.
“Ran, dalam ilmu astrogeologi, banyak anomali karena keterbatasan sains.” ujar Haleema. “Ketika aku bersama senior-seniorku melakukan analisa geologi planet ini, kami terkejut menemukan ada kandungan mineral bornorium di planet ini!”
“Bornorium kan bahan bakarnya kapal induk Columbus!?” tanya Kirani.
“Benar, tapi bukan cuma dipakai untuk bahan bakar kapal induk saja.” kata Haleema. “Semua bahan bakar space shuttle, pesawat-pesawat, unimob, unicycle, peluru untuk pistol, dan cetbang, bahkan buat penerangan dan memasak, bahan dasarnya mineral bornorium ini.”
“Yup, bener!” ujar Kirani. “Bornorium murni seukuran baterai jam dinding bisa jadi bahan bakar
unicycle dipakai selama setahun nonstop. Nah, DepPAN telah memanfaatkan bornorium yang ditambang dari tanah di kutub utara dan selatan bumi. Bornorium merupakan mineral ekstraksi jutaan tahun dari tanah di bumi yang terkumpul di kedua tempat itu oleh gaya tarik magnetisme bumi.
Tahu gak? Ukuran planet Saturnus 100 kali lebih besar dari bumi dan magnetisme di planet ini berbeda dengan bumi.
Apabila di bumi, kutub positif dan negatifnya ada di utara dan selatan, maka magnetism Saturnus, kedua kutubnya berada di seputar ekuator planet. Oleh sebab itulah aurora planet ini berada di seputar angkasa planet, dari itu pulalah planet ini memiliki cincin bila dipandang dari luar angkasa. Dan tentu saja kandungan bornorium di planet ini sangat melimpah.
Bayangkan potensi energi yang bisa ditambang dari tanah di Saturnus? Padahal di bumi bornorium persediaannya sudah kritis. Sementara energi lain di bumi sudah lama habis.”
Mendengar penuturan Haleema, Kirani menjadi tertegun.
“Lalu kenapa kita baru tahu?” Kirani bertanya- tanya. “Tapi tentu DepPAN dan DK-PBB tahu semua ini kan?”
“Ya tentu saja!” jawab Haleema. “Tapi inilah yang jadi pertanyaan kami para geologis, kenapa DepPAN dan
DK-PBB tidak pernah merilis soal ini?”
“Trus apa hubungannya dengan masalahku nih?” tanya Kirani menampakkan wajah bingung.
“Idih, kamu lucu.” ujar Haleema melihat raut muka Kirani.
Kirani dan Tania jadi ikut tertawa bersama-sama. Lalu Haleema melanjutkan obrolan.
“Aku menghubungimu juga karena ingin menyampaikan hal ini.” kata Haleema. “Tetapi aku sendiri tidak tahu adakah hubungannya dengan apa yang sedang kamu alami saat ini?
Aku hanya titip pesan supaya kamu hati-hati, aku yakin ada sesuatu yang besar sedang terjadi, tetapi aku sendiri tidak tahu apakah itu?”
“Idih, kamu membuat aku semakin ketakutan ”
ujar Kirani lirih.
“Ini serius Ran!” sahut Haleema. “Hasil analisa komputer oleh senior-seniorku, ternyata magnetisme planet ini, makhluk hidup lho !”
“Maksudmu ?”
“Lihat ini!” ujar Haleema sambil menunjukkan kepada sebuah monitor virtual pula yang muncul di antara mereka bertiga.
Pada monitor cahaya tergambar planet Saturnus dan yang menarik perhatian Kirani dan juga Tania adalah magnetisme planet itu !
“Ini adalah citra satelit dari laboratorium kami.” Haleema membuka paparannya. “Tampak jelas sekali pada monitor, menunjukkan magnetisme planet ini tersusun atas benang-benang cahaya berwarna putih. Kemudian sebuah inzet tampil ... dan semakin memperlihatkan cahaya-cahaya seukuran mikro itu telah diperbesar berkali-kali lipat hingga tampak cahaya itu selalu bergerak dan berkelap-kelip ... mirip simpul- simpul saraf!
... aku bersama para seniorku secara tidak sengaja mendapat respons ketika mengirim sinyal ke sistem magnetisme planet ini ....
Ternyata kita berada di dalam sebuah benda hidup, Ran. Planet Saturnus adalah makhluk hidup!
Tapi sekalipun demikian kami juga belum yakin apakah itu memang respons yang nyata? Sebab yang kami lakukan acak dan belum mendapatkan pola- pola komunikasi yang utuh .... Hal ini kami terus dalami, hingga kami yakin dan menemukan cara bisa berkomunikasi dengan magnet ajaib planet ini.”
Sampai di sini Haleema tidak banyak bicara lagi. Demikian pula dengan Kirani dan Tania yang semakin merasa di bawa ke alam khayal.
“Ini aku sampaikan padamu, siapa tahu akan berguna untukmu ” pungkas Haleema. []
Setelah acara kangen-kangenan Kirani dengan Haleema kemarin, semua ini membuatnya semakin banyak pertanyaan di kepalanya tanpa mendapatkan jawabannya.
Tetapi tentu saja Kirani berterima kasih kepada Haleema diberi tahu soal bornorium yang mereka duga akhirnya ada hubungan atas semua ini, tetapi entah apa yang jadi hubungannya sampai sekarang belum dapat jawabannya.
Akhirnya sejak itu Kirani jadi bertambah ketahuan melamunnya, sehingga kejutan-kejutan kecil bisa membuatnya kaget dan latah.
Kekagetan Kirani oleh hal yang sebenarnya biasa- biasa saja terjadi kembali.
Kali ini terjadi ketika ia bersama teman-temannya selesai makan siang.
Tuing! Terdengar bunyi pesan masuk.
Kirani dibuat terkejut oleh hanya suara pelantang yang kali ini berasal dari tabung elektroniknya sendiri.
Untuk menutupi perasaan malu akibat banyak melamun, buru-buru Rani mengambil tabung miliknya yang ia taruh di sebelah piring.
Ia buka tabung elektroniknya lalu terbentang sebuah monitor virtual.
Ternyata wajah papanya yang muncul.
“Hei, ada pesan dari papaku!” ujar Rani girang. Rani menekan tombol jalan di layar lalu rekaman video mulai berjalan:
“Rani ke mana saja?”
Mata Rani sudah berkaca-kaca mendapati papanya yang mengirim pesan.
“Kok lama gak balas pesan papa? Jangan sedih ya sayang ”
Kirani tersenyum sambil menghapus air mata yang mengembang di matanya. Seolah-olah papa tahu saja apa yang dirasakan Kirani saat ini.