ANTIMA

Andy Wylan
Chapter #2

Kemungkinan Kerasukan

Desa perguruan sebenarnya kecil jika dibandingkan dengan kota di kaki bukit, tapi medan desa yang terletak di puncak dan dikelilingi hutan liar membuat segala perjalanan menjadi lebih berat bagi orang asing. Khass semula tidak mempermasalahkannya, namun erangan dan gerutuan Debri setiap kali nyaris tersandung akar pohon yang mencuat membuatnya risih.

"Bisakah kau diam?"

"Bisakah kita lewat jalan yang lebih normal? Apakah tidak ada jalan setapak tanpa akar, ranting, atau apalah itu?" Debri mendesis. Ia menghampiri Khass yang bolak-balik berhenti sekedar untuk menunggunya melewati bongkahan bangunan yang tersebar di mana-mana. "Apakah desa ini dulunya bangunan raksasa? Kenapa banyak bangkai bangunan? Bagaimana bisa kalian hidup di tempat begini?"

"Desa ini dulunya adalah Konservatori Agung," kata Khass, sembari mengingat-ingat buku sejarah desa. "Dulunya menjadi pusat doa di seluruh provinsi sampai hancur karena Perang Ras. Cuma pondok-pondok tempat tinggal para Guru yang masih berdiri, jadi itulah yang kami tempati sekarang."

Debri tak mendengarkannya, lagipula siapa yang tertarik dengan ucapan sedatar teks buku sejarah yang membosankan? Pemuda itu mengerang saat kakinya tergores ranting yang tak terlihat. Khass menyeringai geli. Melihat reaksi pemandunya, Debri mulai bertanya-tanya sampai sejauh apa mereka harus berjalan. Untungnya pondok tamu terletak di sekitar gerbang satu-satunya desa.

Ketika Khass mengatakan bahwa akan mengunjunginya lagi dengan seteko air dan buah-buahan menjelang siang, Debri protes. "Kau tidak akan menemaniku? Kata Kamitua kau harus menemaniku."

Khass berdecak. Dia masih tidak ingin melewatkan kesempatan menikmati ayam hutan. "Aku sibuk," tukasnya, lantas termenung sejenak ketika Debri mencoba membiasakan diri dengan medan paling liar yang pernah dilaluinya. Ada begitu banyak pertanyaan yang muncul di benak Khass. Dengan suara pelan, ia berkata, "Omong-omong, kau benar-benar tidak ingat sesuatu? Bagaimana bisa kau sampai di sini? Gerbang Selatan sangat jauh."

"Memang. Aku juga tidak percaya." Respon Debri membuat Khass menatapnya dengan sangsi. Pemuda itu mengangkat bahu. "Mungkin aku mabuk. Saat aku sadar, kepalaku pusing."

"Bagaimana bisa kau mabuk?" Seingat Khass, dihipnotis iblis tidak akan membuat orang mabuk setelah sadar. Mereka hanya akan merasa linglung.

"Entahlah. Orang-orang pelabuhan kadang suka kasih anggur gratis. Biasanya sisa-sisa," kata Debri. "Kalau badan sudah capek, minum anggur bikin segar. Serius, deh. Kau pernah coba minum, 'gak?"

Lihat selengkapnya