"Tolong!" serunya. "Ada pembunuhan!"
"Hei, ada apa? Ada apa?" seseorang menarik lengan Jamen yang kebingungan. Para pelayan berhenti melangkah mendapati kawan mereka memucat dan napasnya terengah-engah.
"Pembunuhan!" Jamen nyaris kesetanan saat menyebutkannya. "Ruang bawah ... ruang bawah! Mati semua! Derris!"
Para pelayan saling menatap dengan kaget. Seseorang berkata bahwa semuanya diharap tetap bersikap tenang tanpa menimbulkan keributan, kemudian beberapa pelayan yang sedang berada di ruang makan keluar. Mereka bergegas memasuki ruang bawah. Jamen kembali berusaha mencari Derris, namun seseorang menariknya.
"Apa yang terjadi? Siapa pelakunya?"
Jamen terperangah. Ia mencengkeram lengan kawannya. "Pesulap itu! Astaga, dia masih di sini, Col—kemari, ikut denganku!" ia menarik sang kawan, Col, agar ikut dengannya. Col menyamakan langkah lebar Jamen dengan kesusahan, dan mereka bergegas menuju ruang ganti di lorong sebelah.
Perasaan Jamen tak karuan. Firasatnya mengatakan bahwa sang pesulap pasti sudah kabur. Entah kenapa ia merasa bahwa Nik hanya ingin mengalihkan perhatiannya, meminta diantarkan ke ruang ganti dan toilet. Meski Jamen berdoa agar pesulap itu masih ada, ia amat ragu bahwa itu akan terjadi. Instingnya ... insting sebagai orang yang pernah melakukan hal serupa ... Jamen pun pasti sudah kabur jika ia menjadi pesulap itu!
Ketika Jamen menjeblak pintu ruang ganti, seorang gadis menjerit. Rupanya ia seorang penari yang akan melakukan dansa utama, dan tak terlihat ada sosok Nikolan sang pesulap sama sekali. Jantung Jamen berdentum kencang. Ia menerjang toilet setelah itu, dan hanya menemukan dua orang tamu yang sedang menempati masing-masing bilik. Mereka mengumpat ketika Jamen melotot ke arah mereka.
"Tutup pintunya, sialan!"
"Apakah kau melihatnya?" Jamen memekik. "Apa kau melihat seorang pesulap? Laki-laki tinggi dengan tas di tangannya?"
"Tidak ada! Tutup pintunya!" Jamen pun meminta maaf dan setengah membanting pintu. Ia bertatapan dengan kawannya yang menanti dengan kebingungan.
"Apa yang terjadi? Kenapa dengan pesulap? Pesulap siapa?"
Jamen menceritakan semuanya dengan cepat. Col mengangkat alis dan wajahnya memucat. "Dia pasti kabur," katanya. "Ayo, dia pasti takkan jauh dari sini. Kita pakai mobilku!"
Kedua pemuda itu kemudian meninggalkan mansion. Mereka berlari tanpa suara, masing-masing tenggelam dalam kengerian, sama sekali tak menyangka akan terjadi pembunuhan di pesta semacam ini. Ya, memang ini bukanlah pertama kali, tetapi mereka sungguh tidak menyangka malam yang semula membosankan ini akan berubah menjadi sumber kepanikan. Mobil Col terparkir di belakang mansion dan ia segera tancap gas meninggalkan pekarangan mansion. Beberapa penjaga yang sudah dikabarkan di depan mansion pun mulai menyisir area sekitar. Mereka mengatakan tak sekali pun melihat ada tamu yang pergi, maupun mobil yang beranjak dari pesta. Meski demikian Jamen dan Col tetap bertekad untuk menyusuri jalan sepanjang hutan. Tidak ada yang tenang malam itu.