ANTIMA

Andy Wylan
Chapter #31

Perayaan Pulang

18, Bulan Pekerja. Tahun 1927.

Sebentar lagi puncak dari musim panas. Caellan tidak terlalu menggubris perubahan musim karena selama setahun terakhir ia menjadi begitu sibuk. Ia harus membantu Don menjalankan beberapa tugas, dan semuanya menyita waktu. Sebagai akhir dari rangkaian tugasnya, dan sebagai bentuk selebrasi atas usianya yang telah mencapai tahap legal, Caellan diizinkan menguji kemampuannya yang telah diajarkan selama ini oleh mendiang Pascisse Vandalone, kepala klan Vandalone yang meninggal dua tahun lalu.

Caellan tidak terlalu menyukai musim panas. Ketika orang-orang berlibur ke rumah kakek nenek mereka di liburan musim panas, Caellan malas untuk mengunjungi kediaman keluarganya. Tidak ada siapa-siapa di sana. Pulang ke rumah keluarga berarti ia harus membersihkannya seorang diri. Menyewa sejumlah petugas kebersihan bukanlah pilihannya. Berkecimpung terlalu lama di keluarga asing yang kesehariannya dipenuhi marabahaya, Caellan tidak ingin melibatkan diri dengan lebih banyak orang asing di kehidupan aslinya yang membosankan ....

Ah, membosankan. Sungguh?

Rumah keluarga Caltine terletak di sudut paling jauh di perumahan Appevile. Rumah-rumah penghuninya besar, namun tidak semegah rumah keluarga kandungnya yang nampak seperti istana kecil berlatar belakang bukit. Caellan menyadari jika perumahan itu semakin sepi. Jalanan tidak dibersihkan, lampu-lampu tiang sudah lama tidak diminyaki, dan beberapa kaca jendela menjadi semakin buram. Caellan menduga ini akibat pengadaan situs-situs oleh para diktator itu. Situs-situs perbudakan kerap dibangun di balik perbukitan, tersembunyi oleh hutan lebat seperti di balik perumahan ini. Namun, Caellan tahu, tak ada situs di sekitar sini. Dia tahu dimana situs-situs itu dibangun ... karena, yah, bukankah Don sudah mengatakannya kemarin?

Caellan akhirnya mencapai pekarangan rumahnya. Tanaman liar menguasai taman dengan kecepatan penyebaran yang menakjubkan. Sebagian merambat pada dinding rumah yang kusam, membuatnya serupa rumah berhantu yang sudah puluhan tahun ditinggalkan. Kenyataannya, Caellan sangat malas membersihkan pekarangan depan rumahnya. Itu lebih baik dan menjauhkannya dari para penjarah.

Caellan mengeluarkan kunci, baru saja akan memasukkannya di lubang pintu utama, ketika ia menyadari bahwa lubang kuncinya sudah rusak. Darahnya berdesir. Apa?

Ia mendorong pintu yang sudah tidak terkunci itu lagi. Jantungnya berdegup tidak nyaman. Siapa yang membobol rumahnya? Apa yang mereka cari dari rumah terbengkalai ini, hah? Caellan mengutuk pintu rumahnya yang berkeriut nyaring. Siapa saja bisa mendengarnya dan bakal cepat-cepat bersembunyi. Maka Caellan tidak membuang waktu. Ia bergegas memasuki rumah, tangannya siaga pada sabuk pistol di pinggang.

Tidak ada suara. Tentu saja. Atau jangan-jangan pembobol itu sudah pergi? Caellan ingin tertawa dengan kesal. Pembobol itu pasti tidak bisa menemukan apa-apa! Caellan tentu tidak meninggalkan rumahnya begitu saja. Ia mengambil semua barang berharga peninggalan mendiang orang tuanya, menyimpan atau menggunakan sesuka hati. Barang-barang yang disisakan hanyalah buku-buku usang milik Da yang jumlahnya mencapai ribuan, atau peralatan masak Momma yang sudah berkarat. Boneka-boneka dan mainan kayu milik Caellan semasa kecil juga ditinggalkan. Siapa yang sekiranya bakal mencuri itu?

Caellan mencapai ruang tengah. Matanya melotot saat menyaksikan rak-rak buku Da ternyata kosong. Ia cepat-cepat menghampiri, melongo mendapati buku-bukunya berceceran di karpet yang berdebu. Namun, ada hal lain yang mengusiknya. Caellan spontan berputar cepat, mengacungkan pistol, dan membidik pada seseorang yang bersembunyi di balik lemari.

Caellan terhenyak.

"Kau ... sebentar. Kau?"


---


Lihat selengkapnya