Rayford mendesah. "Aku belum cerita padamu," katanya. "Tentang perbudakan."
Benar saja, ekspresi Caellan yang berubah tegang membuat Rayford yakin jika lelaki itu berusaha menghindarinya. Tak apalah, toh Rayford yang mengangkat topik ini. Caellan harus tahu jika Par, yang pernah dianggapnya saudara, sebenarnya hidup di dalam Rayford bahkan jauh sebelum perbudakan itu terjadi.
"Mm, aku undur saja waktu kejadiannya," gumam Rayford. "Kau ingat pembicaraan kita di hutan dahulu, tentang aku yang mampu mencium baumu yang serupa dengan Debri? Kau, dan ... iblis?"
"Ya."
"Kau sungguh-sungguh pernah berhubungan dengan iblis itu?"
Caellan mengalihkan pandangan, membuat Rayford curiga Par sebenarnya mengganggu Caellan, bukan menciptakan hubungan harmonis yang membuatnya pantas disebut "saudara". Melihat kelakuan Par selama beberapa saat ini, Rayford yakin jika Par pernah mengusik Caellan, dan entah bagaimana berpindah kepada Debri.
"Berhubungan ... aku tidak tahu apa tepatnya, tetapi tidak pernah ada ikatan yang pantas disebut sebagai hubungan." Caellan terdengar enggan. "Iblis itu bernama Par, dan dia menggangguku saat masih muda. Kau ingat kisahku tentang menaiki kapal saat usia enam? Tak lama setelah itu ... saat aku terdampar di Gerbang Selatan ... Par datang."
Rayford menelan ludah. "Memang Par, ya?"
"Kau mengenalnya?" Caellan menatap tajam. "Aku curiga akan sesuatu. Kau mengenal Par. Dan, mengapa matamu sangat pucat? Tolong jangan bilang kalau ...."
Rayford mengangkat bahu. "Par datang melalui tubuh Debri ke desa. Dia kemudian merasukiku dan Debri tewas. Sejujurnya, Par sudah bersamaku saat kita bertemu. Karena itu bisa kukatakan bahwa kalian memiliki bau serupa, dan mengapa Debri kemungkinan ada kaitan denganmu. Karena kalian sama-sama pernah disentuh Par."
Caellan tiba-tiba memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Reaksi itu tidak terduga bagi Rayford. Yang jelas, Caellan pasti marah kalau tahu, dan itu benar. Caellan kemudian mengusap wajah, menghela napas besar sekali lagi, dan menatap Rayford lagi dengan sayu.
"Dia masih di sana? Di tubuhmu?" suaranya tercekat.
Rayford mengangguk pelan. "Par sempat meninggalkanku saat aku kabur dari desa. Lantas aku terseret perbudakan dan menjadi bahan percobaan para ilmuwan gila di situ. Aku disuntikkan sel-sel iblis. Dan ... dan coba tebak? Aku curiga jika para ilmuwan itu memiliki sel Par dan menyuntikkannya kepadaku setelah mengetahui identitasku. Guru selalu menjadi sasaran utama untuk percobaan itu, karena kami dilatih untuk membawa banyak kehidupan di satu tubuh."
"Aku kurang paham."
"Ya, maksudku, entah bagaimana para ilmuwan itu punya sel Par. Saat aku pertama kali dijadikan kelinci percobaan, mereka mengambil darahku dan mengetesnya. Mereka akhirnya tahu kalau aku membawa sel Par, kemudian menambahkan sel-sel yang mereka miliki. Aku tahu itu, karena mereka selalu menyuntikkan cairan yang sama, dan setiap kalinya aku selalu bermimpi bertemu Par. Puncaknya, Par menawarkan aku untuk bekerja sama lagi. Aku disuntik untuk tahap akhir saat itu."
Caellan melotot mendengarnya. "Mereka punya sel Par? Khass—maksudku, Rayford—apa kau tahu siapa ilmuwan-ilmuwan itu?"
"Kepala ilmuwannya bernama Desmond."
"Desmond?" Caellan terperangah. "Astaga, aku tidak tahu jika harus mengatakan ini kepadamu sejak awal, tetapi sepertinya takdir mempermainkan kita!"
Rayford terheran-heran saat Caellan keluar kamar dengan langkah lebar. Ia cepat-cepat mengekorinya menuju lantai dasar, berbelok ke dapur, memasuki ruang penyimpanan, kemudian membuka sebuah pintu kecil yang tersembunyi di sana. Rayford mengernyit melihat Caellan bersusah payah melewati pintu itu.