ANTIMA

Andy Wylan
Chapter #49

Pahlawan, Pemberontak

6, Bulan Puncak. Tahun 1927.

Jika ditanya aroma yang paling dibenci, Caellan akan dengan cepat menjawabnya: laut. Dia memang tidak memiliki kebencian yang menggebu-gebu, dan berkunjung ke pantai tidak pula membuatnya gemetaran, tetapi aroma laut selalu mengingatkannya pada masa lalu. Kau mungkin teringat dengan fakta bahwa Caellan memiliki sebuah kelab bernama Sister Loydaire di Pelabuhan Applerock. Penempatannya di sana bukan tanpa alasan. Caellan ingin melawan hal yang dibencinya, terutama yang berhubungan dengan Par, dan di sanalah dia memulai.

Caellan bahkan bisa mengenang masa lalunya dengan sangat jelas! Oh, ini seperti mimpi ... ketika Caellan terbangun di sebuah ruangan yang sempit dan gelap, beraromakan air laut yang pekat dan lengket. Satu-satunya yang bisa dirasakan tubuh kecilnya adalah tenggorokan yang perih karena kehausan seharian, perut yang kesakitan saking laparnya, dan sofa lusuh yang penuh tambalan dan debu. Kengerian. Caellan masih enam tahun saat itu, dan barangkali imajinasinya masih liar! Ia berhalusinasi melihat sosok itu.

Sosok itu tinggi sekali. Kepalanya besar, dan tubuhnya amat kurus. Caellan kemudian menyadari bahwa sang iblis tidak punya daging di balik kulitnya yang melekat pada relung. Ia nyaris tak memiliki perut, dan tak selembar pun pakaian menempel pada tubuhnya. Sosok yang bahkan lebih tinggi daripada dinding itu hanya punya tulang-tulang membentuk tubuh. Kepala tengkoraknya mengintimidasi, dengan dua lubang mata yang menganga lapar, lebih kelam dan gelap daripada ruangan itu, dan si bocah akhirnya menjerit karena iblis di hadapannya menyeringai lebar sembari mengangkat tangannya.

Da!

Caellan kecil menjerit sekali lagi, menyakiti tenggorokannya, dan segera keluar dari ruangan gelap yang terkutuk. Da! Dimana Da? Kenapa Da tidak kunjung menjemputnya? Kedua kaki Caellan berlari kencang menyusuri lorong sempit di antara dua bangunan. Langit telah lama menggelap, dan tak ada cahaya lampu selain lampion-lampion di ujung lorong. Lorong ini terasa sangat jauh bagi kedua kakinya yang kecil! Caellan menangis ketika mendengar iblis itu mengejarnya dengan tawa yang menggaung di benaknya. Oh, suaranya begitu mengerikan! Caellan pun tersandung, tersungkur dengan menyakitkan saat wajahnya membentur permukaan tanah yang keras dan berbatu. Ketika Caellan berbalik, ia menyadari iblis itu sudah berada di atasnya. Mulutnya yang lebar menganga, menampakkan baris gigi tajam dan busuk yang mengerikan, menatap lapar ke darah yang merembes dari luka di lututnya ....

"Dan, 'Da!'" Par menyeringai lebar saat Rayford menatapnya dengan wajah pucat. "Begitu katanya. Dia ketakutan betul. Aku sampai tidak tega mau menyapanya duluan!"

"Kau sudah memberikan kesan pertama yang mengerikan," komentar Rayford jijik setelah Par selesai bercerita. Mereka sedang duduk bersebelahan di atap sebuah rumah penduduk, memandang sebuah kastil kecil megah yang tegak sombong, mencolok di antara rumah penduduk kelas menengah. Angin berembus sama kencangnya seperti di menara lonceng di desa. Rayford nyaris saja mengenang momen menghabiskan waktu bersama Debri di menara itu, lantas teringat bahwa iblis inilah yang menemaninya sejak awal.

"Kenapa kau menakut-nakutinya seperti itu?" tanya Rayford.

"Kau tidak tahu. Dia imut sekali."

Rayford terhenyak. "Apa kau gila? Kau tidak tahu betapa traumanya Caellan karenamu, dan seandainya kau tidak bersikap seperti itu dan memperlakukannya sebaik sikapmu kepadaku, Caellan pasti sudah mau menerimamu sejak dahulu."

Par memutar bola matanya. "Justru karena itu aku berada padamu, bocah. Tapi, ah, tahu apa kau? Kau baru lima belas tahun! Umurku ratusan kali lipat daripadamu! Kau memiliki potensi yang jauh lebih besar daripada kakakmu, karena itulah kau adalah bintangku, dan Caellan ... ah, dia punya nasib lain. Sementara kau luar biasa! Kau jauh bersinar daripada siapa pun, Nak. Tidakkah kau merasa tersanjung dipilih oleh seorang vehemos macamku? Kau adalah yang Terpilih! Seperti para pahlawan di buku-buku yang kau baca dahulu. Bagaimana rasanya?"

Lihat selengkapnya