ANTIMA

Andy Wylan
Chapter #54

Pemuda Penting

"Rencanamu terbongkar?" Tawa Camon membahana di telepon, membuat Caellan semakin jengkel. "Oleh seorang bocah empat belas tahun? Jika Don tahu, sungguh, kau akan menjadi bulanan-bulanannya! Seorang Caellan Caltine dipermalukan!"

Caellan mendesis. Matanya secara aktif menyapu pemandangan di luar boks telepon. Dia kembali melihat gagak-gagak sialan yang mengawasinya itu. Caellan semula berpikir kemunculan sekumpulan gagak di sudut-sudut tertentu adalah hal yang lumrah di kota singgah sebelumnya, tetapi setelah mengetahui Elliot ternyata memiliki Energi dari vehemos gagak, rasa santainya berubah menjadi ketegangan. Elliot mengawasinya sejak awal.

"Lalu bagaimana sekarang?" tanya Camon lagi saat Caellan mengumpat berulang kali.

"Mana kutahu?" bentak Caellan. "Aku refleks mengancam dan tidak lagi bisa memanfaatkannya dengan cara yang kemarin. Sekarang dia akan menganggapku sebagai orang paling mencurigakan dan akan lebih banyak gagak yang mengawasiku ... oh, apa kau sudah tahu kalau dia bisa mengontrol gagak?"

"Bekerja bersama setengah iblis membuat kehidupanmu menjadi transparan, Caellan."

"Ya, dan sekarang apa yang mesti kulakukan?"

"Bagaimana? Hanya kau yang tahu karena aku tidak pernah mengalami situasimu. sekarang kau tahu jika rencanamu pada umumnya tidak akan bekerja. Kenapa tidak lakukan hal-hal yang diluar kebiasaanmu?" Ketika Caellan tak menyahut, Camon melanjutkan dengan lebih kalem, "Kalau kau tak mengalaminya, bagaimana mungkin kau bisa menjadi seorang Vandalone? Ayo, bung, kau harus kembali ke rumah dengan dagu terangkat. Buat Don kembali mencari-carimu seperti sedia kala."

Caellan mendesah. "Oh, aku menantikannya."

"Benar, kan? Dan, aku mungkin tidak akan bosan-bosannya mengingatkanmu; jangan lupa minum obat."

"Kenapa tiba-tiba?"

"Entahlah. Aku hanya khawatir jika kau berada terlalu lama bersama para setengah iblis itu maka ... kau tahu, dia akan ikut bangun?"

Otak Caellan secara aktif memutar kenangan-kenangan mengerikan itu dan—sembari menggelengkan kepalanya kuat-kuat—ia berkata, "Itu tidak berpengaruh bagiku. Kecuali kalau aku dihadapkan pada situasi yang benar-benar ...."

"Ah, sudahlah. Tidak usah membicarakannya. Yang penting itu tidak terjadi. Benar?"

Lihat selengkapnya